Kamis, 01 Desember 2011
Jumat, 14 Oktober 2011
Teori-teori Konflik (Coflict Theories)
Teori konflik adalah sebuah teori yang berlawanan dengan teori konsensus, penerimaan umum dari nilai-nilai dasar seperti kebajikan, kehormatan, benar, dan salah itu berbeda. Dalam teori konflik ini terdapat kesepakatan kecil pada nilai-nilai dasar. Teori konflik ini timbul karena masyarakat terdiri dari banyak kelompok yang bersaing, masing-masing dengan kepentingan yang berbeda, sehingga sulit menemukan titik temu dalam masyarakat ini. Hukum dalam masyarakat seperti ini dapat menjadi sebuah senjata yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk menegakkan kepentingan pribadi mereka, sering dengan mengorbankan kepentingan umum. Dalam masyarakat tersebut juga terdiri atas kelas sosial yang berbeda-beda. Kelas sosial yang berbeda dapat dibedakan dengan ketidaksetaraan di bidang-bidang seperti kekuasaan, wewenang, kekayaan, kerja dan kondisi hidup, gaya hidup, pendidikan, agama, dan budaya.
Demoralization of English
Working Class (Engels)
Inggris adalah negara yang pertama kali menemukan teknologi-teknologi baru yang mengejutkan dunia. Penemuan-penemuan teknologi oleh ilmuwan inggris tersebut mampu mengubah keadaan inggris secara luas. Yang biasanya mata pencaharian masyarakatnya di bidang agraris berubah menjadi bidang industri. Peristiwa itulah yang sering kita sebut dengan revolusi industri. Sebuah revolusi tidak selalu berdampak positif, tetapi adakalanya juga berdampak negatif untuk kalangan tertentu. Dalam peristiwa revolusi industri Inggris ini, para pekerja lah yang sangat dirugikan. Mereka harus bekerja siang dan malam, tidak ada waktu untuk mencari kesenangan dunia. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun turut menjadi korbannya. Tapi apa daya, mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menawar, mereka takut akan hukuman. Hal seperti ini membuat para pekerja hidup dalam kemiskinan, mereka hanya mempunyai dua pilihan, kelaparan atau mengambil apa yang ia butuhkan dengan jalan mencuri. Jika demoralisasi melampaui titik tertentu maka pekerja akan berubah menjadi kriminal. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya masyarakat kapitalistik melahirkan permusuhan antara individu dengan individu lain.
Marxism
Karl Marx memfokuskan perhatiannya pada kodisi ekonomi yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Ia mengidentifikasikan struktur ekonomi dalam masyarakat yang mengontrol semua hubungan manusia. Produksi memiliki dua komponen, yaitu kekuatan produktif dan hubungan produktif. Karl Marx mengusulkan gagasan bahwa ketimpangan distribusi kekuasaan dan kekayaan menghasilkan kejahatan. Kejahatan ini berkembang sebagai akibat konflik sosial. Kejahatan juga mengalihkan perhatian kelas bawah dari eksploitasi yang mereka alami dari anggota lain dari kelas mereka sendiri, daripada terhadap system ekonomi kapitalis. Kejahatan memungkinkan kelas penguasa untuk menciptakan kesadaran palsu di antara yang diperintah dengan membuat mereka berpikir bahwa kepentingan mereka sendiri dan orang-orang dari kelas yang berkuasa adalah identik. Anggota penguasa akan dapat melanggar hukum tanpa berhadapan dengan hukum, sementara anggota kelas bawah akan dihukum.
Richard Quinney : Class, State, and Crime (1980)
Kejahatan adalah respon yang tak terelakkan untuk kondisi-kondisi material kapitalisme. Kejahatan yang biasanya dilakukan oleh kelas pekerja yaitu kejahatan akomodasi atau kejahatan perlawanan. Kejahatan akomodasi adalah kejahatan predator, seperti pecurian dan perampokan dan kejahatan kekerasan, seperti pembunuhan, penyerangan, dan pemerkosaan. Kejahatan tersebut dilakukan oleh mereka yang diperlakukan secara brutal oleh kapitalisme. Kejahatan perlawanan termasuk kedua-duanya baik reaksi non-revolusioner yakni reaksi yang secara sadar melawan eksploitasi maupun kejahatan yang secara sengaja dilakukan oleh kaum proletar sebagai tindakan pemberontakan melawan kapitalisme, seperti alkoholisme, merusak property, perkelahian, dll. Kejahatan tidak hanya dapat dilakukan oleh kaum proletar saja, melainkan kejahatan dapat dilakukan oleh kelas penguasa. Kejahatan yang dilakukan oleh kelas penguasa adalah hasil dari system kapitalistik. Kejahatannya bersifat dominasi dan menekan sebagai upaya yang dilakukan oleh kapitalis untuk melindungi kepentingan mereka. Contoh: kejahatan korporasi, seperti penetapan harga, system penawaran yang curang, serta pelanggaran keamanan. Kapitalis dapat melakukan dominasi lanjutan dengan cara melakukan kejahatan peradilan pidana yang dilakukan oleh personel peradilan pidana. Tidak adanya solusi untuk kejahatan di bawah masyarakat kapitalis menyebabkan kejahatan tumbuh subur. Jika dibandingkan dengan masyarakat sosialis, masyarakat sosialis akan memiliki tingkat kejahatan yang jauh lebih rendah karena perjuangan kelas yang kurang intens akan mengurangi kekuatan menuju kejahatan dan fungsi kejahatan.
Cotemporary Critical Criminology
Kriminologi kritis memandang kejahatan sebagai fungsi konflik sosial dan persaingan ekonomi. Bertujuan untuk mengetahui struktur ekonomi dalam masyarakat yang mengontrol semua manusia. Menolak anggapan bahwa hukum ini dirancang untuk mempertahankan masyarakat yang adil dan bahwa penjahat adalah orang jahat yang ingin menginjak-injak hak orang lain. Mereka menganggap tindakan rasisme, seksisme, imperialism, kondisi kerja yang tidak aman, perawatan anak yang tidak memadai, perumahan kurang memadai, polusi, dan perang-dibuat sebagai alat kebijakan untuk menghadapi orang luar dan pembenaran bagi perbuatan yang merupakan konsekuensi dari semua itu sebagai kejahatan yang sesungguhnya.
Instrumental Vs Structural Theory
Teori instrumental melihat hukum pidana dan sistem peradilan pidana sebagai instrument untuk mengendalikan orang miskin. Teori struktural percaya bahwa hukum bukan domain eksklusif orang kaya, melainkan digunakan untuk menjaga kepentingan jangka panjang dari system kapitalis dan mengkontrol anggota dari setiap kelas yang mengancam keberadaannya.
Critical Feminist Theory
Pandangan feminism kritis, ketidaksetaraan gender sebagai bentuk kekuatan yang tidak merata antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat kapitalis. Sistem patriarki dikembangkan di mana pekerjaan laki-laki dinilai dan pekerjaan perempuan itu dinilai kembali berdasarkan penilaian terhadap pekerjaan laki-laki. Eksploitasi ganda perempuan dalam rumah tangga dan dalam pasar tenaga kerja berarti bahwa wanita menghasilkan nilai surplus jauh lebih besar bagi para kapitalis daripada pria.
Tujuan dan Hakekat Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa ilmu sosial dan ilmu politik saat mendengar kata ilmu pengetahuan ilmiah. Mereka sudah terbiasa melakukan penelitian-penelitian ilmiah seperti yang dilakukan oleh ilmu-ilmu alam. Dalam mempelajari metode ilmiah dibutuhkan sebuah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut adalah filsafat ilmu. Kegiatan filsafat ilmu yaitu mempelajari metode ilmiah (bagaimana prosesnya, strukturnya, syarat-syaratnya) dan mempelajari penyelenggaraan kegiatan ilmiah (asas serta alasan pembenaran).
Pengetahuan ilmiah mempunyai empat ciri umum, antara lain:
- Pengetahuan yang berlaku umum
- Tidak bergantung pada faktor subyektif
- Obyektif (teori tidak bermakna ganda)
- Otonom, tidak dipengaruhi oleh faktor dari luar ilmu
Selain ciri umum di atas, pengetahuan ilmiah juga mempunyai tiga ciri isi, antara lain:
- Merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenar
- Sistematik
- Inter subyektitas
Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang mempunyai dasar pembenar, yaitu segenap pengaturan cara kerja ilmiah yang diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian sebesar mungkin. Dan setiap pernyataan didasarkan pada pemahaman yang apriori.
Di dalam pengetahuan ilmiah harus terdapat sistem dalam susunan pengetahuan ilmiah dalam cara memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ilmiah juga harus berasal dari beberapa bahan keterangan, dan tidak diperbolehkan hanya berasal dari satu bahan keterangan saja. Bahan-bahan keterangan itu pun harus diusahakan menjadi sebuah kebulatan. Apabila dilihat secara horisontal akan terlihat sebagai hasil komparasi, subsumasi, generalisasi. Sedangkan dilihat secara vertikal akan menjadi tahapan dari pemikiran analitik dan intepretatif.
Isi pengetahuan ilmiah harus intersubyektif, antara lain:
- Kepastian tidak didasarkan pada intuisi-intuisi serta pemahaman secara subyektif
- Kepastian dijamin oleh sistemnya
- Subyek penyelenggara ilmu (manusia) secara perorangan, harus dapat diganti oleh orang-orang yang lain
- Subyek harus memenuhi syarat: cerdas, berfikir menggunakan nalar dan kritis, pengetahuan yang luas tentang susunan dan teknik penyelidikan, dsb.
Dalam melakukan kegiatan penyelidikan ilmiah, terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Biasanya kegiatan penyelidikan ilmiah dilakukan untuk memberikan deskribsi, eksplikasi, dan interpretasi. Deskripsi adalah suatu penerapan bagaimana keadaannya atau berlangsungnya secara tepat suatu kumpulan gejala. Contoh : Bagaimana keadaannya atau berlangsungnya suatu revolusi atau perdamaian? Apakah gerakan planit-planit mengambil bentuk melingkar atau elips? Gejala yang dipelajari dengan pertanyaan “bagaimana”, dicatat dalam keadaannya yang saling berhubungan. Sedangkan eksplikatif adalah penjelasan yang didasarkan pada pemahaman dan pendalaman gejala yang diteliti, penjelasan tersebut bukan merupakan penjelasan yang terakhir, tetapi hanya sementara. Pertanyaan utama tujuan penjelasan adalah “mengapa”. Contoh: mengapa di dalam masyarakat tertentu berlaku kebiasaan yang menyangkut perkawinan yang telah dirumuskan secara rapih? Lain halnya dengan interpretasi, interpretasi adalah usaha untuk menetapkan makna yang dikandung oleh gejala yang diteliti. Interpretasi yang dimaksud bukan pengertian bahasa, interpretasi dapat berbentuk penjelasan, misalnya penjelasan naskah yang dipelajari.
Hakikat ilmu menurut Jujun Suriasumantri adalah:
- Ilmu merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsi
- Kegiatan ilmu bersifat dinamis tidak statis
- Kegiatan mencari pengetahuan mempergunakan metode keilmuan
- Ilmu tidak berhubungan dengan title, profesi, kedudukan
- Ilmu ditentukan oleh cara berfikir yang sesuai dengan syarat keilmuan
Dasar pengetahuan menurut Sudarminta adalah pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, dan kebutuhan hidup manusia.
Pengalaman
Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang terjadi pada manusia dalam interaksinya dengan alam, diri sendiri, lingkungan sosial sekitarnya dan dengan seluruh kenyataan, termasuk Yang Ilahi. Pengalaman dikelompokkan menjadi dua, pengalaman primer dan pengalaman sekunder. Pengalaman primer adalah pengalaman langsung akan persentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan akan peristiwa yang disaksikan sendiri. Sedangkan pengalaman sekunder adalah pengalaman tak langsung atau pengalaman reflektif mengenai pengalaman primer. Pengalaman yang terjadi pada manusia mempunyai tiga cirri pokok, yaitu pengalaman manusia itu amat beraneka ragam, pengalaman manusia adalah selalu berkaitan dengan objek tertentu di luar diri kita sebagai subjek, pengalaman manusia terus bertambah dan bertumbuh seiring bertambahnya umur, kesempatan, dan tingkat kedewasaan manusia. Tidak semua pengalaman akan menjadi pengetahuan, walaupun pengalaman lebih luas dari pengetahuan. Sekaya apapun pengalaman seseorang kalau hal itu tidak pernah disadari, dimengerti, dan diungkapkan, maka tidak akan berguna pengalaman tersebut.
Ingatan
Ingatan mempunyai posisi sangat penting dalam pengetahuan. Walaupun banyak ilmu yang kita dapat dari pengalaman, kalau ingatan kita kurang kuat maka pengetahuan tersebut bisa hilang. Ingatan dapat dijadikan dasar bagi ilmu pengetahuan apabila memenuhi dua syarat berikut ini, saya memiliki kesaksian bahwa peristiwa yang saya ingat itu sungguh pernah saya alami atau saya saksikan di masa lalu, ingatan tersebut bersifat konsisten dan dapat berhasil menjadi dasar pemecahan persoalan yang sekarang saya hadapi berkaitan dengannya.
Kesaksian
Kesaksian adalah penegasan sesuatu sebagai kebenaran oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa, dan diajukan kepada oranglain untuk dipercaya. Percaya adalah menerima sesuatu sebagai kebenaran berdasarkan keyakinan akan kewenangan atau jaminan otoritas orang yang member kesaksian. Dalam mempercayai suatu kesaksian, kita harus memiliki bukti instrinsik dan ekstrinsik untuk memudahkan kita dalam mempercayai suatu kesaksian. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah melihat siapa orang yang memberikan kesaksian, apakah ia seorang yang mempunyai otoritas dalam bidang yang ia saksikan atau tidak. Kesaksian tidak dapat secara mutlak kita jadikan sebagai dasar ilmu pengetahuan, karena kesaksian rawan atas kekeliruan.
Minat dan rasa ingin tahu
Pengalaman akan hilang begitu saja apabila seseorang yang memperoleh pengalaman tersebut tidak melakukan tindak lanjut atas pengalamannya tersebut. Minat dan rasa ingin tahulah yang sangat berpengaruh apakah individu tersebut akan menggali lebih dalam atau tidak pengalamannya untuk menemukan sebuah pengetahuan. Biasanya seseorang akan meminati apa yang dia anggap bernilai. Sedangkan rasa ingin tahu mendorong orang untuk bertanya dan melakukan penyelidikan atas apa yang dialami dan menarik minatnya.
Pikiran dan penalaran
Setelah mendapatkan pengalaman dan dilanjutkan dengan minat dan rasa ingin tahu, seorang manusia memerlukan sesuatu untuk mengolahnya untuk menjadi pengetahuan. Kegiatan pokok pikiran dalam mencari pengetahuan adalah penalaran. Maka pikiran dan penalaran merupakan hal yang mendasari dan memungkinkann pengetahuan. Tanpa pemikiran dan penalaran tidak aka nada ilmu pengetahuan. Penalaran adalah proses bagaimana pikiran menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya telah diketahui. Penalaran dapat berbentuk induksi, deduksi maupun abduksi. Induksi adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan umum (universal) dari berbagai kejadian atau kasus khusus (partikular). Sebaliknya deduksi adalah bentuk penalaran yang berangkat dari suatu pernyataan atau hukum umum kejadian khusus yang secara niscaya dapat diturunkan dari pernyataan atau hukum umum tersebut. Sedangkan abduksi adalah penalaran untuk merumuskan sebuah hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan kebenarannya masih perlu diuji coba. Penalaranlah yang membedakan manusia dengan binatang. Berkat pikiran dan penalarannya, manusia tidak harus selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan sosial sekitarnya dan manusia dapat merubah alam dan sosial sekitarnya untuk disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhannya. (Bimma Dwi Nugraha)
Kamis, 13 Oktober 2011
Rangkuman Materi Hukum dan Pembangunan Persiapan UTS
Masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang tinggal di kawasan yang sama dan memiliki tujuan yang sama. Dalam proses mencapai tujuan, individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kepentingan yang berbeda inilah yang menimbulkan interaksi sosial, baik yang bersifat positif maupun negatif. Interaksi negatif itulah yang dinamakan konflik. Untuk menyelesaikan konflik dalam masyarakat, diperlukan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dimana fungsi dari kaidah tersebut adalah untuk menertibkan masyarakat.
Kaidah-kaidah sosial tersebut dibagi menjadi empat, yaitu kaidah kepercayaan atau agama, kaidah kesopanan, kaidah kesusilaan dan kaidah hukum. Dalam praktik nyatanya, kaidah hukumlah yang paling dominan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Karena, sifat dari kaidah hukum itu sendiri adalah memaksa dan memiliki sanksi yang tegas, dimana tiap butir peraturan yang berada di dalamnya, telah di legalisasi oleh pihak2 resmi dan berwenang. Jadi, orang akan berpikir dua kali sbelum melakukan tndakan yang dirasa melanggar hukum. Karena jika tidak, ia akan dijerat oleh sanksi hukum itu sendiri. Dan kaidah hukum efektif di gunakan, karena memiliki sifat penjera bagi mereka yang telah melakukan kesalahan.
Corak hukum, dapat di tempuh dengan tiga cara, yang pertama adalah unifikasi dimana arti dari unifikasi itu sendiri yaitu berlakunya satu sistem hukum bagi setiap orang dalam kesatuan kelompok sosial atau suatu Negara. Misalnya,UUD 1945 dan peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya, hanya berlaku di Negara Indonesia saja. Tidak akan berlaku di negara lain. Yang kedua adalah dualistik hukum, yaitu berlakunya dua sistem hukum bagi dua kelompok sosial yang berbeda didalam satuan kelompok sosial yang sama, atau dapat disebut negara. Contohnya adalah, di NAD, berlaku dua sistem peradilan. Hukum UUD 45 dan Hukum Islam. Jadi, bila seseorang melakukan tindak kejahatan, dia tidak hanya terkena hukum yang berlaku menurut UUD 45 saja, tetapi juga terkena hukuman yang di berikan oleh hukum Islam yang juga berlaku di sana. Contohnya, bila ada penduduk asli atau pendatangatau wisatawan sekalipun di Aceh yang mencuri, ia diberi hukuman oleh masyarakat setempat untuk di adili berdasarkan UU yang mengaturnya. Dan yang terakhir adalah pluralistis hukum. Yaitu berlakunya bermacam-macam sistem hukum bagi kelompok-kelompok sosial yang berbeda did lm kesatuan kelompok sosial atau suatu Negara. Contohnya adalah hukum yang dipakai di Indonesia ketika baru merdeka. Dimana Indonesia yang baru merdeka, belum memiliki landasan hukum yang kuat yang mampu mengatur ketertiban di dalam masyarakat.
Didalam pelaksanaan hukum acara pidana, terdapat dua azas. Yaitu azas legalitas dan azas praduga tak bersalah. Dimana kedua azas tersebut berperan sangat penting dalam mengatur ketertiban antar individu dalam kehidupan bermasyarakatarakat. Azas legalitas itu sendiri merupakan suatu ketentuan hukum yang menyebuntukan bahwa suatu perbuatan tidak dapat ditindak hukum karena perbuatan tersebut tidak disebuntukan atau dituliskan dalam UU. Contohnya saja, ilmu hitam. Seperti santet. Memang, menurut kacamata publik, merupakan perbuatan yang salah dan dapat disebut kejahatan. Namun, untuk menghukum orang yang melakukan santet tersebut, hukum tdj dapat ikut andil di dalamnya. Karena, azas legalitas yang telah dijelaskan di awal paragraph. Yang kedua adalah azas praduga tak bersalah, azas ini menyebuntukan bahwa seseorang tidak dapat diputuskan bersalah, sbelum diputuskan oleh hakim. Misalnya orang yang tertangkap basah sedang mencuri. Dia belum dapat dikatakan bersalah, karena belum diadili oleh hakim di meja hijau. Tujuan dari azas ini adalah untuk menghindari perbuatan-perbuatan onar, yang dilakukan masyarakat kepada seseoang yang tertangkap mata telah melakukan tindak kejahatan. Seperti misalnya, kasus pembakaran seorang pencuri sepeda motor, yang dilakukan oleh warga di suatu daerah. Dengan azas ini diharapkan masyarakat tidak “main hakim sendiri” dalam menyikapi suatu masalah.
Secara teoritis KUHP adalah bentuk hukum materiil. Sedangkan KUHAP adalah bentuk secara formiil. Maksudnya adalah KUHAP adalah bentuk nyata pelaksanaan dari KUHP. Dimana di dalam KUHP itu sendiri berisi aturan-aturan tentang perintah, larangan serta sanksinya, dan KUHAP merupakan tata cara pelaksanaan pengadilan yang didasarkan pada KUHP itu sendiri. Contohnya saja, seseorang yang terbukti membunuh atau melanggar salah satu pasal yang tertulis dalam KUHP. Dan untuk membuktikan tindakan pelanggaran tersebut, berlakulah KUHAP dimulai dari penangkapan sampai diputuskannya bersalah atau tidakanya ia oleh hakim di pengadilan.
Kumpul kebo dan black magic memang notabenenya merupakan perbuatan yang merugikan dan dapat di sebut kejahatan. Namun, pada kenyataannya sampai saat inipun belum ada proses kriminalisasinya, hal ini di sebabkan karena jika dibuat peraturan perundangan mengenai hal tersebut, maka akan berpotensi menimbulkan keonaran dalam masyarakat yang tentunya sangat berlawanan dengan tujuan dari hukum itu sendiri. Contohnya saja jika ada pria dan wanita tinggal dalam satu atap, tentunya akan menjadi permasalahan jika peraturan perundangan mengenai kumpul kebo atau larangan pria dan wanita tinggal dalam satu atap itu dibuat.
HAN lebih luas daripada HTN karena cakupannya lebih banyak daripada HTN. HTN adalah hukum yang mengatur terhadap pembentukan jabatan-jabatan dan susunan atau strukturnya. Jadi dalam HTN yang diatur hanya adalah hubungan jabatan dan pemangku jabatan. Sedangkan HAN mengatur mengenai aktivitas kekuasaan eksekutif, surat menyurat atau kearsipan negara dan tugas-tugas yang ditetapkan UU sebagai urusan negara. Jadi cakupan HAN lebih banyak dan luas daripada HTN.
Dalam kehidupan bermasyarakat, hukum perdata dan hukum dagang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena hukum dagang itu sendiri merupakan bagian dari hukum perdata. Hukum perdata adalah hukum yang mengatur tingkah laku individu yang satu dengan individu yang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan hukum dagang pada dasarnya sama seperti hukum perdata, namun cakupannya terbatas atau dikhususkan hanya pada bagian perniagaan saja. Jadi, kedua hukum tersebut memang saling terkait karena hukum dagang merupakan wujud nyata pelaksanaan dari hukum perdata. Contohnya saja dalam pejanjian jual beli tanah
Kebiasaaan adalah tindakan pola tingkah laku yang ttp, ajeg, lazim, normal, atau adap dalam masyarakat tertentu yang secara turun temurun berulang. Dalam pasal 15 AB yang berbunyi “selain pengecualian-pengecualian yang ditetapkan mengenai orang-orang Indonesia dan orang-orang yang dipersamakan, maka kebiasaan tidak merupakan hukum kecuali apabila UU menetapkan demikian.”
Berdasarkan pasal diatas, kebiasaan di sini memang diakui keberadaannya, tetapi hanya apabila UU menunjuknya. Ini berarti, apabila UU tidak menunjuknya, hukum tidak perlu memberlakukannya. Kebiasaan dapat menjadi hukum kebiasaan. Hukum kebiasaan merupakan sumber hukum. Seorang hakim dapat menggunakan kebiasaan dalam mengambil keputusan apabila UU menetapkan demikian.
Perbedaan hakim peradilan pidana dan peradilan perdata, hakim pada peradilan pidana bersifat aktif untuk memecahkan kasus yang diajukan. Hakim mencari bukti dan menyelidiki sbelum kasus itu diajukaan dalam pengadilan. Hakim mengejar kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang harus didasarkan pada alat-alat bukti yang sah menurut UU dan harus ada keyekinan hakim. Hakim memberikan keputusan tentang kasus yang terjadi berdasarkan pasal2 dan aturan yang telah ada.
Sedangkan hakim pada peradilan perdata bersifat pasif. Dia hanya mendengarkan perkara brdsrkan argument dari penggugat dengan tergugat. Hakim mengejar kebenaran formal, yakni kebenaran yang hanya didasarkan pada bukti yang ada di persidangan. Kasus bisa tidak dilanjuntukan secara hukum, namun bisa diselesaikan dengan cara perdamaian. Hakim memberikan jawaban atas gugatan yang diajukan setelah mendengarkan argumen dalam sidang perdata tersebut. Hakim hanya sebagai moderator dalam persidangan. (Bimma Dwi Nugraha)
RANGKUMAN MATERI MPKT UI PERSIAPAN UTS
FILSAFAT Ilmu pengetahuan yang mencari hakekat tentang segala sesuatu dari realitas yang ada dan berlandaskan pada pemikiran yang bersifat rasional, kritis, sistematis, logis, metodis, dan koheren. Ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis reflektif, integral, radikal, logis, sistematis, dan universal (semesta). Fenomena tersebut dapat diarahkan pada tema besar pada ilmu filsafat, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi mengkaji tentang keberadaan sesuatu, membahas tentang ada, yang dapat dipahami baik secara konkret, faktual, metafisis atau epistemologi. Epistemologi membahas tentang pengetahuan yang akan dimiliki manusia apabila dia membutuhkannya. Aksiologis membahas tentang kaidah norma dan nilai yang ada pada manusia. Dengan demikian, jelas bahwa semua hal yang berkaitan dengan ontologi, epistemologi, dan aksiologi sangat erat dan menjadi sesuatu yang mengakar pada manusia sesuai dengan tingkat perkembangannya secara intelektual. Objek penelitian filsafat dilihat dari dua aspek. Aspek pertama adalah objek materi dan aspek kedua adalah objek forma. Objek materi adalah bahan atau sesuatu yang menjadi kajian penelitiannya. Objek forma adalah focus perhatian seseorang terhadap objek materi yang dihadapinya. Faedah filsafat atau berfilsafat : Mengajak kita untuk bersikap arif dan berwawasan luas terhadap berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi manusia sehingga mampu memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup, dan ide-ide yang muncul karena keinginannya. Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi berbagai fenomena atau gejala di sekitar manusia dan dalam permasalahan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan ilmiah.
LOGIKA Dalam bukunya Introduction to Logic, Irving M.Copi mendefinisikan logika sebagai suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat. Ilmu tentang berpikir secara tepat. Mempelajari logika secara akademis memungkinkan seseorang untuk mengetahui metode-metode dan prinsip berpikir. Dengan dasar pengetahuan ini seseorang dituntut untuk terus menerus melatih dan mengasah akal budinya sehingga mampu membedakan pemikiran yang tepat dan teratur dari pemikiran yang sesat dan kacau. Logika alamiah adalah pemikiran yang dibawa sejak lahir. Biasanya digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Logika ilmiah diperoleh dengan mempelajari hukum-hukum penalaran sebagaimana mestinya. Dalam mempelajarinya manusia akan mengetahui prinsip2, norma2, dan teknik2 tertentu, jika dijalanakan akan mengurangi tingkat kesalahan penalaran Dari segi bentuk dan isi argumen logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika formal dan logika material. Logika formal membahas masalah validitas argumen. Argumen dapat dikatakan valid jika kesimpulan penalaran benar-benar di lihat secara tepat atau lurus dari premis-premisnya. Logika material membahas isi argumen, valid tidak nya argumen tergantung proposisi-proposisi yang membentuknya. Jadi jika ada salah satu proposisi yang tidak benar maka argumen itu dinyatakan tidak valid.
Proses Penyimpulan : Logika Deduktif yaitu menyimpulkan penalaran yang bersifat umum menjadi bersifat khusus, biasanya berwujud silogisme. Silogisme sendiri adalah argumen yang terdiri dari tiga proposisi, proposisi pertama merupakan landasan penalaran, sedangkan proposisi ketiga berisi kesimpulan. Tujuan dari logika deduktif yaitu menjelaskan hubungan antara premis-premis dan kesimpulan dalam argumen yang valid, sehingga kita dapat membedakan argumen yang valid dengan argumen yang tidak valid. Contoh : “semua mahasiswa UI adalah orang pintar” dan “Bimma adalah mahasiswa UI” jadi Bimma adalah orang pintar. Kesimpulan yang saya ambil tersebut hanya melihat dari premis-premis yang ada, tanpa pengamatan lebih lanjut terhadap Bimma tersebut. Jadi kesimpulan dari suatu argumen deduktif mengandung kepastian mutlak. Adapun tiga ciri khas dari argumen deduktif ini, yaitu analitis : kesimpulan hanya ditarik dari premis-premis yang sdh ada, tautologis : kesimpulan sdh tersirat dalam premisnya, dan apriori : tidak melakukan penelitian lebih lanjut. Logika Induktif yaitu menyimpulkan penalaran dari yang bersifat khusus menjadi bersifat umum, biasanya berwujud sintesis. Sintesis sendiri adalah penggabungan premis-premis untuk mendapatkan kesimpulan. Biasanya dalam penalaran induktif cara yang dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yaitu dengan cara melakukan penelitian inderawi. Jadi kesimpulan suatu argumen induktif tidak mengandung kepastian mutlak.
Definisi adalah penjelasan dari sebuah istilah secara singkat, jelas, padat sehingga istilah itu mdh dipahami dan tidak menimbulkan kerancuan dengan istilah yang lain. Definiens harus dapat dibalik dengan definiendum, definien tidak boleh masuk ke dalam definiens, definiens harus benar-benar menjelaskan definiendum, definiens harus paralel dengan definiendum, definiens kalau bisa berbentuk affirmative.
Proposisi : pengingkaran atau pengakuan yang berbentuk pernyataan. Unsur. Term subjek : sesuatu yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term predikat : sesuatu yang diakui atau diingkari tentang term subjek. Kopula : penghubung antara term subjek dan term predikat dan memberi bentuk pengakuan atau pengingkaran pada dua term tersebut. Kuantitas proposisi. Proposisi singular adalah proposisi yang luas term subjeknya singular. Artinya pengertian term subjek itu menunjuk pada satu hal, benda, atau individu. Dst. Kualitas proposisi. Proposisi affirmative apabila apa yang menjadi term predikat diakui oleh term subjek. Dst.
Kesesatan berpikir dibedakan dalam dua bentuk, yaitu kesesatan formal dan kesesatan material. Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk penalaran yang tidak valid. Kesesatan material adalah kesesatan yang menyangkut isi penalaran. Kesesatan bahasa, kesesatan relevansi timbul karena kesimpulan ditarik dengan premis yang tidak relevan. Argumentum Ad Hominem : melihat pribadi orang tersebut. Argumentum Ad Populum : untuk meyakinkan pendengar. Argumentum Ad Verecundiam : dilihat dari kealian dan kewibaan. Ignoratio Elenchi : tidak memiliki relevansi dengan premisnya. Biasanya faktor yang menyebabkan terjadinya kesesatan ini yaitu prasangka, kepercayaan, emosi, dll. kesesatan generalisasi yang tergesa : akibat dari induksi yang keliru karena kurangnya sumber yang mencukupi. Kesesatan komposisi : salah peletakan predikat pada term
FILSAFAT ILMU, Ilmu pengetahuan yang membahas ciri dan proses atau cara kerja ilmiah secara kritis. Dalam proses kerja filsafat ilmu pengetahuan terdapat dua aspek, yaitu aspek justifikasi yang menekanakan secara de jure kebenaran ilmiah dan aspek temuan yang secara de facto berupa teknologi. Tujuan : memahami persoalan ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat dan kritis, melakukan pencarian kebenaran ilmiah dengan tepat dan benar , memahami bahwa terdapat dampak kegiatan ilmiah yang berupa teknologi. Cara kerja : Sistematis, Logis, Intersubjektif, rasional, pembenaran secara metodologis.
Teori Kebenaran korespondensi : teori kebenaran yang bersumber dari persesuaian antara seorang subjek dengan objek yang dilihatnya, koherensi : ada persesuaian di antara beberapa subjek dengan objek yang diamatinya, pragmatik : terjadi karena ada manfaat serta kegunaan dari sebuah ilmu pengetahuan.
ETIKA salah satu cabang dari ilmu filsafat, merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang prinsip baik buruk yang diterapkan pada perilaku seseorang atau masyarakat. Pertimbangan rasional : mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk berbuat baik atau melakukan tindakan baik secara jernih, tenpa dilandasi oleh sikap emosional yang berlebihan. Etika Normatif dan Terapan Etika deskriptif memberikan gambaran tentang tingkah laku moral dalam arti yang luas, seperti berbagai norma dan aturan yang berbeda dalam suatu masyarakat atau individu yang berada dalam kebudayaan tertentu atau yang berada dalam kurun waktu atau periode tertentu. Dengan kata lain mengkaji berbagai bentuk ajaran-ajaran moral yang berkaitan dengan nilai yang baik dan buruk. Contoh : etika orang Jawa, batak. Etika normatif : etika yang mengkaji apa yang harus dirumuskan secara rasional dan bagaimana prinsip-prinsip etis dan tanggung jawab dapat digunakan oleh manusia. Etika umum memiliki landasan dasar seperti norma etis/ norma moral, hak dan kewajiban, dsb. Etika khusus, yakni Etika individual : menyangkut kewajiban dan sikap individu terhadap dirinya sendiri. Etika sosial : mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia atau masyarakat. Contoh : etika keluarga, etika bisnis. Metaetika : kajian etika yang membahas ucapan-ucapan atau kaidah-kaidah bahasa khususnya yang berkaitan dengan bahasa etis. Contoh : iklan di TV. Etika terapan : etika yang menitikberatkan pada aspek aplikatif teori etika atau norma yang ada. Disebut etika terapan karena sifatnya yang praktis, yaitu bertujuan memperlihatkan kegunaannya. Etika profesi : Etika yang berkaitan dengan profesi atau etika yang diterapkan dalam dunia kerja manusia. Etika profesi bersifat praktis, baik secara pragmatis, utilitaritis dan deontologis. Kaidah atau Norma Etika yang lazim dimunculkan, yakni Hati Nurani : penghayatan tentang yang baik dan yang buruk yang berkaitan dengan tindakan nyata atau perilaku konkret manusia. Kebebasan dan Tanggung Jawab, Nilai dan Norma.
Hak dan Kewajiban Hak legal : hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk yang dimunculkan melalui undang-undang, peraturan, dokumen yang sifatnya resmi, yang berasal dari suatu lembaga atau instansi tertentu. Hak khusus : hak yang dimiliki oleh seseorang atau beberapa orang. Contoh : orang tua mempunyai hak anaknya akan patuh. Hak umum : hak yang diberikan kpd seseorang karena ia adalah manusia. Contoh : HAM. Hak individual : hak berupa kebebasan pendapat, berserikat, beragama, dsb, yang dimiliki individu terhadap negara atau masyarakat. Hak sosial : hak yang diperoleh seseorang ketika sebagai anggota suatu masyarakat ia berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain. Contoh : hak pendidikan, hak pekerjaan,dll. Hak moral : hak seseorang yang didasari oleh prinsip atau peraturan etis. Contoh : hak seorang dosen untuk mengharapkan mahasiswanya berlaku jujur dalam menjawab UTS.
PENTINGNYA ETIKA, Etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis yang berhadapan dengan berbagai meralitas yang kadangkala membingungkan. Sebagai pemikir kritis dan sistematis etika ingin menimbulkan suatu ketrampilan intelektual : ketrampilan untuk berargumen secara rasional dan kritis. Alasan masih dibutuhkan etika. Terdapat pndangan yang beraneka ragam, modernisasi dan kemajuan teknologi membawa prbahan bsr dalam stktur masyarakat, mncul berbagai ideologi. Etika dapat membangkitkan semangat hidup manusia sehingga ia dapat menjadi manusia yang baik dan bijaksana melalui bidangnya.
PANCASILA, ideologi bersifat futuristik (berisi cita-cita tentang tatanan masyarakat yang baik di masa depan dan merupakan acuan untuk melakukan perubahan politik). Karena ideologi menyangkut masalah strategi bernegara, tidak jarang kelompok-kelompok masyarakat menggunakan ideologi sebagai alat untuk mempertahanakan dan memperoleh kepentingan diri secara sepihak dengan merugikan pihak lain.
NILAI PANCASILA, nilai religius : nilai yang berkaitan dengan keterikatan individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sacaraal, suci, dan agung. Nilai moral : nilai tentang kebaikan yang muncul sebagai akibat perilaku orang, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain atau masyarakat. Nilai kebangsaan : nilai tentang manusia yang secara kodariat memiliki hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab, serta identitas yang membentuk eksistensi manusia atau jati diri dalam kehidupan bernegara. Nilai keadilan : nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidakberpihakan, keseimbangan, dan pemerataan atas suatu hal. Nilai kebersamaan dan toleransi. Nilai kebersamaan : nilai yang dimiliki oleh manusia dalam interaksinya dengan sesame yang berkaitan dengan tujuan dan kepentingan tertentu. Nilai toleransi : nilai yang menghargai berbagai pendapat dan keyakinan orang lain tentang sesuatu hal dan dalam situasi tertentu.
Cinta Kasih, syarat : knowledge (pengenalan), responsibility (tanggung jawab), care (pengasuhan, perhatian, perlindungan, saling peduli), respect (saling menghormati), cinta terhadap Tuhan, persaudaraan, keibuan, erotis, diri sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)