Senin, 13 Oktober 2014

Oleh-oleh dari Banyuwangi

Hai kawan, maaf ya kalau saya tidak membawa apa-apa untuk kalian dari kota paling timur Pulau Jawa. Bukannya pelit..., tapi saya tak tahu apa yang harus saya bawa, karena selama lima hari ini, saya tidak menemukan something special. Daripada jauh2 cuma bawa martabak manis (di Banyuwangi disebutnya Terang Bulan), mending saya beliin martabaknya dari Jakarta aja kaaan.....?? so.... buat anak2 Masjid UI, stay di Masjid ya malam ini :)

Sambil nunggu martabaknya mateng, saya mau berbagi cerita nih untuk kalian, cerita yang saya alami selama perjalanan ke Banyuwangi tentunya.

Kamis, 09 Oktober 2014, beberapa minggu setelah saya pulang jalan2 dari Palembang, telah terjadwal perjalanan lagi menuju Banyuwangi, kota paling ujung timur dari Pulau Jawa. Sebelumnya saya sempat bertanya2, kenapa kalau ujung barat Pulau Jawa itu dinamakan Ujung Kulon, tapi ujung timurnya tidak dinamakan Ujung Wetan?? kok malah Banyuwangi (dalam bahasa jawa berarti Air Harum)? Usut punya usut, ternyata ada sejarahnya lo..... biar gak menuh2in postingan, baca aja sendiri disini yah... Asal Usul Kota Banyuwangi ^_^

Nah, pada hari Kamis, kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka saya berangkat dari Stasiun Pasar Minggu menggunakan KRL menuju Stasiun Pasar Senen untuk oper KRD Kertajaya ke Stasiun Pasar Turi Surabaya. Ohh iya... meski dari pasar ke pasar, saya bukan mau dagang lo ya.... apalagi mau nyopet, emang dari sono nama stasiunnya pake nama pasar :)

Sekitar pukul 13.30, sebuah kereta berwarna jingga datang memasuki stasiun Pasar Senen, tidak salah lagi, ini adalah kereta Kertajaya jurusan Pasar Turi Surabaya. Sambil membawa satu tas ransel dan tas kamera, saya menaiki kereta tersebut. Ya... kereta yang sangat baguslah untuk ukuran duit 50.000-an dari Jakarta ke Surabaya. Selama di dalam kereta, ada tiga kegiatan yang saya lakukan, berdiri, duduk, dan tidur :D

Sekitar pukul 02.30, kereta sudah sampai tanah kelahiran, Surabaya. Cepet kan...?? yo'i, karena sekarang sudah dual track lho... saya sih berharap nantinya bakal bisa jadi quad track, hingga octa track :3


Dari Stasiun Pasar Turi, saya harus oper ke Stasiun Gubeng untuk melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Saya pun harus menunggu lumayan lama, karena kereta Sri Tanjung dijadwalkan meluncur pukul 04.30. Ternyata...., banyak juga lho.... yang akan naik kereta ini menuju Banyuwangi. Dan kerennya, disini ada iklan bertuliskan "Jakarta is 1000 Island" hehe

Dari sini kereta lanjut menuju Banyuwangi, sempat melihat Sidoarjo, tempat tinggal saya selama beberapa tahun setelah pindah dari Surabaya. Disini saya juga melewati tempat wisata lumpur lapindo. wow... kereeeenn... Te Oo Pe Be Ge Te deh.

Setelah lebih dari lima jam dikereta, saya terbangun, dan secara tak sengaja melihat sebuah tulisan "Stasiun Glenmore", ahh... sepertinya saya sedang mimpi, ya, mungkin mimpi di Eropa. Mana ada di Indonesia ada stasiun bernama "Glenmore", paling ya tak jauh2 dari nama pasar. haha
Apalagi, setelah kepala nengok keluar, saya melihat sosok yang tak biasanya berada disitu dengan memakai pakaian itu.
Buat yang kepincut dengan beliau, sering2 aja naik kereta Sri Tanjung, siapa tahu jodoh, hhe

Beberapa menit kemudian, sampailah saya di stasiun yang dituju, Stasiun Kalisetail, Banyuwangi. Kalau dihitung2 sih, sudah empat kali saya melewati Banyuwangi, waktu study tour ke Bali saat kelas 3 SMP, dan kelas 2 SMA. Ya... dari segi temperaturnya sih mirip2 dengan Bekasi, haha, Bekasi lagi bekasi lagi (lagi booming).

Sesampainya disini, saya langsung check in di Hotel Baru Indah, Jl Yos Sudarso 79, Jajag. Biayanya murah meriah, single bed, TV, ceiling fan, gratis air putih + kopi/teh cuma 70.000/hari. *bukan promosi, just info :)

Disini, saya bersama seseorang, sebut saja mas Imin, setelah ngobrol panjang lebar, kitapun nginep sekamar ambil double bed buat ngehemat biaya sekaligus buat temen ngobrol (ujung2nya sih dia yang ngebayarin :D). Malam harinya, kami jalan2 keluar, nongkrong, makan jagung sambil nyeruput secangkir cappuccino.

Esok harinya, kami sempatkan jalan2 ke kebun buah naga dan jeruk milik saudaranya, wuih... saya disuruh makan buah naga dan jeruk sepuasnya, nyam nyam nyam. Sebelum balik ke hotel, kami mengisi perut di warung nasi pecel, dan tentunya, mas Imin yang bayarin. hehe
Setelah itu kami balik ke hotel dan sudah sibuk dengan urusan masing-masing.

Hari ini saya juga bertemu dengan bapak dan ngobrol panjang lebar tentang keluarga. Dan seperti biasa, saya memegang keputusan terakhir terkait rencana keluarga. Setelah memutuskan perkara tersebut, obrolan semakin ringan, dan seperti biasa ngobrol tentang jodoh. Saya bercerita ke bapak kalau pernah ketemu seseorang ustad di Merak saat akan menuju Palembang. Setelah ngorbol panjang lebar dengan ustad tersebut, beliau tanya tanggal lahir, hari lahir, dan penanggalan Jawa. Kata beliau, saya yang kelahiran Rabu Pahing, cocoknya dengan perempuan yang berhari lahir di hari Jum'at atau Sabtu, haha
Bapak pun menimpali, kalau Rabu Pahing itu bagusnya juga bukan dengan orang2 daerah Timur dan Selatan, tapi daerah Barat, jadi katanya, kalau dapet jodoh orang Jawa Barat itu nanti rintangan hidupnya tidak terlalu banyak. Saya pun cuma bisa mengangguk dan sedikit tersenyum, mengingat sosok idaman saya saat ini memang berasal dari daerah Barat, bukan Timur atau Selatan. *jangan kepo yah ^_^
Setelah maghrib, dan saya kembali ke hotel, dan langsung blek sek meninggalkan separuh nyawa alias tidur.

Hari Minggu, bapak balik ke Tulungagung, saya dan mas Imin bareng2 balik ke Surabaya karena beliau juga akan ke Jakarta naik kereta yang sama, Kertajaya.
Dan sebelum berangkat, saya sempatkan menjepret langit Banyuwangi nan eksotis.
Di perjalanan Banyuwangi --> Surabaya, tepatnya sebelum Stasiun Jember, mas Imin di telpon teman kampusnya yang tidak pernah ketemu semenjak kuliah. Beliau memanggilnya dengan sebutan kupret. Akhirnya beliau menawari saya untuk berhenti sebentar di Jember, menemani beliau menemui teman lamanya. Dan menjanjikan akan membelikan tiket eksekutif kereta Mutiara Timur Siang untuk mengejar jadwal kereta Kertajaya pukul 20.45. Mengingat saat itu masih pukul 09.00, maka saya mengiyakan, apalagi saya juga belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Kabupaten Jember.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, teman beliau datang dengan mengendarai Honda All New City keluaran April 2014. Ternyata beliau juga membawa dua anak perempuannya, namanya ceicil berumur 5 tahun dan kakaknya uni berumur 7 tahun. Dan seperti biasa, saya hanya butuh 5 menit agar dua anak ini mau nempel sama saya, haha

Sebelum mampir ke rumahnya, kami pun diajak ke rumah barunya yang setengah jadi, ya... sekitar 15 menit dari stasiun. Begitu sampek, saya dan mas Imin rada terperangah. Buseeettt..... ini rumah apaan? tingginya aja 4 lantai, brrrr.... Setelah tanya2, ternyata biaya untuk membuat rumah ini sekitar 4.5 Milyar, muke lele. Setelah capek muter2 rumahnya, kami diajak langsung ke rumahnya, sekedar mampir dan ketemu dengan istrinya. Rada tidak percaya begitu ngelihat istrinya, macam masih umur 20-an tahun, dan mirip2 SPG mobil gitu lah. *jangan dibayangkan!

Karena waktu yang semakin mepet, kami langsung diajak makan ke salah satu rumah padang langganannya. Di perjalanan beliau cerita ke saya kalau dulu pernah kuliah di LIA Jakarta mengambil sastra. Tapi semester 6 cabut karena males lagi kuliah dan menjadi sales pupuk. Setelah itu beliau mencoba berbisnis pupuk lima tahun jalan, dan telah menuai suksesnya. Sampai rumah makan padang, saya tambah kaget campur senang, ternyata semua menunya ditaruh di meja makan, dan tinggal comot mana yang mau dimakan, ahhhh.... nikmatnya.... Sesampainya di stasiun Jember, ternyata mas Imin dimintai nomer rekeningnya, haha, rejeki emang gak kemana mas, baru saja beliin saya ini itu langsung diganti dengan yang lebih gede melalui perantara orang lain, :)
Kamipun meninggalkan Jember dengan perut kenyang dan perasaan riang gembira :D.

Setelah perjalanan sekitar 2 jam, pukul 16.00, kami sampai di stasiun Gubeng Surabaya. Disini, kami mendengarkan lantunan piano sembari meregangkan otot2.
Setelah 10-an menit, kami keluar stasiun dan jalan mengikuti feeling. Beberapa menit kemudian, kami menemui simbol kota Surabaya, rejeki emang gak kemana, hehe 
Setelah foto2 narsis :D, kami melanjutkan perjalanan lagi. Eh..... ternyata.... di dekat simbol kota Surabaya ini kami menemui sebuah kapal selam yang berada di darat. Usut punya usut, ternyata ini adalah Monumen Kapal Selam, kereeenn.... Kami pun masuk dengan tiket seharga Rp. 8.000, dan tentunya saya tetap dibayarin, hehe
Disana juga bertepatan dengan pemutaran film sejarah Kapal Selam Pasopati dan sejarah TNI AL. wih, mantep deh pokoknya.
Setelah dari Monumen Kapal Selam, kami jalan kaki lagi melewati mall2 Surabaya dan akhirnya naik taxi menuju Stasiun Pasar Turi untuk selanjutnya bertolak menuju Stasiun Jatinegara, Jakarta.

Alhamdulillah... liburan saya kali ini serasa dimudahkan dan diberi banyak pengalaman tak terlupakan. Semoga liburan nanti jauh lebih indah dari ini, lebih banyak uang jajannya mungkin, lebih panjang waktunya mungkin, atauuu..... dengan pendamping perempuan mungkin. :)

Eh.., tadi ada sms masuk, saya diagendakan lagi ke Jawa Timur hari Kamis ini, tanggal 16 Oktober 2014, asyiikkkk......, liburan lagiiii....... :D