Permintaan
Permintaan adlh keinginan knsmen u/ membeli suatu brng pd berbagai tingkat hrg selama periode waktu tertentu.
Hukum Permintaan
Hukum permintaan berbunyi, “Apabila hrg suatu brng a/ jasa naik, maka jmlh yg diminta knsmen akn berkurang”. Pengertian permintaan haruslah didasari asumsi bahwa faktor-faktor selain hrg yg jg ikut menentukan jmlh yg diminta knsmen tdk berubah (caterius paribus).
Macam2 Permintaan
Permintaan mencerminkan pola perilaku knsmen dlm membeli suatu jenis brng a/ jasa tertentu. Artinya : Keinginan saja tdk mencukupi syarat u/ terciptanya permintaan. U/ mendptkan suatu brng, knsmen harus memiliki cukup uang u/ membeli brng trsbt. Permintaan jg dpt dibedakn menjadi dua yaitu :
Permintaan individu : yaitu permintaan yg dilakukan o/ seseorang knsmen.
Permintaan pasar : yaitu penjmlhan dr permintaan-permintaan secara individu.
Faktor 2 yg memengaruhi permintaan
a) Hrg brng itu sendiri
Bila suatu brng mempunyai hrg yg smkn mrh, maka permintaan akn brng trsbt akn byk a/ smkn meningkat. Bgtu jg seblknya, jika hrg suatu brng smkn turun, maka permintaan pun akn smkn berkurang. Hal ini dsbut dgn hukum permintaan, yg berbunyi “Bila hrg suatu brng naik, ceterus paribus, maka jmlh brng yg diminta akn berkurang, & seblknya.”
b) Hrg brng lain yg terkait
Hrg brng lain yg memiliki keterkaitan sbg brng pengganti (subtitusi) & bersifat komplementer (penggenap) dpt memengaruhi permintaan suatu brng.
c) Tingkat pendptan perkapita
Tingkat pendptan perkapita sgt menentukan tinggi tdknya suatu permintaan a/ daya beli dr masy. Smkn tinggi perndptan seseorang, maka permintaan trhdp suatu brng jg akn meningkat.
d) Selera a/ kebiasaan
Faktor yg ke empat ini jg bs memengaruhi permintaan suatu brng. Misalnya suatu brng A sgt tinggi permintaannya di kota Z, tapi permintaan brng belum tentu tinggi bila di kota lain.
e) Jmlh penduduk
Contohnya beras. Permintaan akn beras di Indonesia sgt tinggi, krn merupakn maknan pokok & hmpr seluruh masy Indonesia mengonsumsi beras.
f) Perkiraan hrg di masa mendtng
Bila ada perkiraan suatu brng akn naik di masa yg akn dtng, maka permintaan akn brng trsbt pd saat ini akn meningkat, dikrnkan masy sengaja membeli byk u/ menghemat pengeluaran lagi di masa yg akn dtng.
g) Distribusi pendptan
Tingkat pendptan per kapita bs memberikan kesimpulan yg slh bila distribusi pendptan buruk. Artinya sebagian kecil kelompok masy menguasai bgtu besar “kue” perekonomian. Jika distribusi pendptan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan trhdp suatu brng menurun.
h) Usaha 2 produsen meningkatkan penjualan
Produsen – produsen pasti akn selalu berusaha u/ dpt menjual produk – produk mereka. Misalnya dgn membuat iklan tntng produk trsbt, promosi – promosi berhadiah, & lain sbgnya. Tentu saja ini akn mendorong para knsmen u/ membeli brng – brng mereka, sehingga permintaan akn brng trsbt pun smkn meningkat.
Penawaran
Penawaran adlh jmlh brng yg produsen ingin tawarkan (jual) pd berbagai tingkat hrg selama satu periode tertentu.
Hukum Penawaran
Hukum penawaran berbunyi, apabila hrg suatu brng a/ jasa naik, maka jmlh yg ditawarkan produsen akn bertambah & seblknya. Apabila hrg suatu brng a/ jasa turun, maka jmlh yg ditawarkan produsen jg akn berkurang. Hukum penawaran trsbt Nampak bahwa antara hrg & jmlh brng yg ditawarkan produsen memiliki hubungan positif a/ searah.
Macam2 Penawaran
Penawaran mencerminkan pola perilaku produsen dlm menjual suatu jenis a/ jasa tertentu. Penawaran dpt dibedakn menjadi dua yaitu : penawaran individual & penawaran pasar.
Faktor2 yg memengaruhi penawaran
a) Hrg brng itu sendiri
Hukum penawaran menjelaskan sifat hubungan antara hrg suatu brng dgn jmlh brng trsbt yg ditawarkan penjual. Hukum ini menyatakn “Smkn tinggi hrg suatu brng, ceteris paribus, smkn byk jmlh brng trsbt yg ingin ditawarkan o/ penjual, & seblknya”.
b) Hrg brng lain yg terkait
Brng-brng substitusi dpt mempengaruhi penawaran suatu brng. Secara umum, dpt dikatakn bahwa apabila hrg brng substitusi naik, maka penawaran suatu brng akn bertambah, & seblknya. Se&gkan apabila hrg brng komplemen naik, maka penawaran suatu brng akn berkurang, & seblknya.
c) Hrg faktor produksi
Kenaikan hrg faktor produksi akn menyebabkan perusahaan memproduksi output-nya lebih sedikit dgn jmlh anggaran yg ttp & jg dpt mengurangi laba perusahaan.
d) Biaya produksi
Bila biaya produksi meningkat (apakah dikrnkan kenaikan hrg faktor produksi a/ penyebab lainnya), maka produsen akn mengurangi hasil produksinya. Hal ini berarti penawaran brng itu berkurang.
e) Teknologi produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, & menciptakn brng-brng baru. Hal ini mengakibatkan kenaikan dlm penawaran brng.
f) Jmlh pedagang/penjual
Apabila jmlh penjual suatu produk tertentu smkn byk, maka penawaran brng trsbt akn bertambah.
g) Tujuan perusahaan
Tujuan perusahaan adlh memaksimalkan laba bkn memaksimumkan hasil produksinya. O/ krn itu, tiap produsen tdk berusaha u/ memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, ttpi akn menggunaknnya pd tingkat produksi yg memberikan keuntungan maksimum.
h) Kebijakn pemerintah
Kebijakn pemerintah jg dpt memengaruhi penawaran suatu brng .
Ceiling Price (hrg tertinggi) & Floor Price (hrg dasar)
Suatu kebijakn pemerintah dlm perekonomian u/ mempengaruhi bekerjanya mekanisme pasar, yg bertujuan mengendalikan keseimbangan (ekuilibrium) pasar.
Hrg dasar adlh hrg eceran terendah yg dittpkan o/ pemerintah trhdp suatu brng, disebabkan o/ melimpahnya penawaran brng trsbt di pasar.
Hrg tertinggi adlh hrg maksimum yg dittpkan berkenaan dgn menurunnya penawaran brng di pasar, pemerintah melakukan operasi pasar.
KEGAGALAN PASAR
Dlm ekonomi mikro, istilah "kegagalan pasar" tdk berarti bahwa sebuah pasar tdk lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adlh situasi dimana sebuah pasar efisien dlm mengatur produksi a/ alokasi brng & jasa ke knsmen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pd situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, a/ ktka disugestikan bahwa institusi non pasar akn memberi hasil yg diinginkan. Di sisi lain, pd konteks politik, pemegang modal a/ saham menggunakn istilah kegagalan pasar u/ situasi saat pasar dipaksa u/ tdk melayani "kepentingan publik", sebuah pernyataan subyektif yg biasanya dibuat dr landasan moral a/ sosial.
Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adlh :
• Monopoli a/ dlm kasus lain dr penyalahgunaan dr kekuasaan pasar dimana "sebuah" pembeli a/ penjual bs memberi pengaruh signifikan pd hrg a/ keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bs dikurangi dgn menggunakn un&g-un&g anti-trust.
• Eksternalitas, dimana terjadi dlm kasus dimana "pasar tdk dibawa kedlm akun dr akibat aktivitas ekonomi didlm orang luar/asing." Ada eksternalitas positif & eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dlm kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ktka proses dlm perusahaan menimbulkan polusi udara a/ saluran air. Eksternalitas negatif bs dikurangi dgn regulasi dr pemerintah, pajak, a/ subsidi, a/ dgn menggunakn hak properti u/ memaksa perusahaan a/ perorangan u/ menerima akibat dr usaha ekonomi mereka pd taraf yg seharusnya.
• Brng publik seperti pertahanan nasional & kegiatan dlm kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pd pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yg mungkin akn dibasmi. U/ menyediakn penawaran yg baik dr brng publik, negara biasanya menggunakn pajak-pajak yg mengharuskan semua penduduk u/ membayar pd brng publik trsbt (berkaitan dgn pengetahuan kurang dr eksternalitas positif pd pihak ketiga/kesejahteraan sosial).
• Kasus dimana terdpt informasi asimetris a/ ketdk pastian (informasi yg inefisien). Informasi asimetris terjadi ktka slh satu pihak dr transaksi memiliki informasi yg lebih byk & baik dr pihak yg lain. Biasanya para penjual yg lebih tahu tntng produk trsbt drpd sang pembeli, tapi ini tdk selalu terjadi dlm kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mobil trsbt telah digunakn sbg mobil pengantar a/ taksi, informasi yg tdk tersedia bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih baik dr penjual merupakn penjualan rumah a/ vila, yg mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi lebih tntng rumah trsbt dibandingkan anggota keluarga yg ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali o/ Kenneth J. Arrow di artikel seminartntng kesehatan tahun 1963 berjudul "ketdkpastian & Kesejahteraan Ekonomi dr Kepedulian Kesehatan," di dlm American Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakn istilah informasi asimetris pd karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadr bahwa , dlm pasar seperti itu, nilai rata-rata dr komoditas cenderung menurun, bahkan u/ kualitas yg sgt sempurna kebaikannya, krn para pembelinya tdk memiliki cara u/ mengetahui apakah produk yg mereka beli akn menjadi sebuah "lemon" (produk yg menyesatkan).
Elastisitas (ekonomi)
Dlm ilmu ekonomi, elastisitas adlh perbandingan perubahan proporsional dr sebuah variabel dgn perubahan variable lainnya. Dgn kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan a/ reaksi knsmen trhdp perubahan hrg.
Penggunaan
Penggunaan plng umum dr konsep elastisitas ini adlh u/ meramalkan apa yg akn brng/jasa dinaikkan. Pengetahuan mengenai seberapa dampak perubahan hrg trhdp permintaan sgtlah penting. Bagi produsen, pengetahuan ini digunakn sbg pedoman seberapa besar ia harus mengubah hrg produknya. Hal ini sgt berkaitan dgn seberapa besar penerimaan penjualan yg akn ia pero/. Sbg contoh, anggaplah biaya produksi sebuah brng meningkat sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan hrg jual produknya. Menurut hukum permintaan, tindakn menaikkan hrg ini jelas akn menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dlm jmlh yg kecil, kenaikan hrg akn menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendptkan keuntungan. Namun, jika peningkatan hrg ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka bkn keuntungan yg ia pero/. Hasil penjualannya mungkin saja tdk dpt menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produsen harus mempertimbangkan tingkat elastisitas brng produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakn seberapa besar kepekaan knsmen a/ seberapa besar knsmen akn bereaksi jika ia mengubah hrg sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, & seterusnya.
Definisi matematis
ELASTISITAS PERMINTAAN
Dlm ilmu ekonomi, elastisitas permintaan a/ price elasticity of demand (PED) adlh ukuran kepekaan perubahan jmlh permintaan brng trhdp perubahan hrg.
Pengenalan
Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jmlh permintaan brng trhdp perubahan hrg. Ktka hrg sebuah brng turun, jmlh permintaan trhdp brng trsbt biasanya naik —smkn rendah hrgnya, smkn byk benda itu dibeli. Elastisitas permintaan ditunjukan dgn rasio persen perubahan jmlh permintaan & persen perubahan hrg. Ktka elastisitas permintaan suatu brng menunjukkan nilai lebih dr 1, maka permintaan trhdp brng trsbt dikatakn elastis di mana besarnya jmlh brng yg diminta sgt dipengaruhi o/ besar-kecilnya hrg. Sbg contoh, jika hrg sepeda motor turun 10% & jmlh permintaan ats sepeda motor itu naik 20%, maka nilai elastisitas permintaannya adlh 2; & brng trsbt dikelompokan sbg brng elastis krn nilai elastisitasnya lebih dr 1. Perhatikan bahwa penurunan hrg sebesar 1% menyebabkan peningkatan jmlh permintaan sebesar 2%, dgn demikian dpt dikatakn bahwa jmlh permintaan ats sepeda motor sgt dipengaruhi o/ besarnya hrg yg ditawarkan.
Jenis-jenis Elastisitas Permintaan
Ada lima jenis elastisitas permintaan :
1. Permintaan tdk elastis sempurna : elastisitas = 0. Perubahan hrg tdk mempengaruhi jmlh yg diminta. Dgn demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun hrg yg ditawarkan, kuantitas brng/jasa ttp tdk berubah. Contoh brng yg permintaannya tdk elastis sempurna adlh tanah (meskipun hrgnya naik terus, kuantitas yg tersedia ttp terbats), lukisan milik pelukis yg telah meninggal (berapapun hrg yg ditawar ats lukisan, pelukis trsbt tdk akn mampu menambah kuantitas lukisannya), & contoh lainnya yg sejenis.
2. Permintaan tdk elastis : elastisitas < 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dr prosentase perubahan hrg. Contoh permintaan tdk elastis ini dpt dilihat diantaranya pd produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun hrgnya naik, orang akn ttp membutuhkan konsumsi beras sbg maknan pokok. Krnnya, meskipun mungkin dpt dihemat penggunaannya, namun cenderung tdk akn sebesar kenaikan hrg yg terjadi. Seblknya pula, jika hrg beras turun knsmen tdk akn menambah konsumsinya sebesar penurunan hrg. Ini krn konsumsi beras memiliki keterbatsan (misalnya rasa kenyg). Contoh lainnya yg sejenis adlh bensin. Jika hrg bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tdk sebesar tingkat kenaikan hrgnya. Ini krn kita ttp membutuhkan bensin u/ bepergian. Sama halnya, ktka hrgnya turun, kita jg tdk mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan hrg trsbt. Karakteristik produk yg seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tdk elastis.
3. Permintaan uniter elastis : elastisitas = 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase perubahan hrg. Contoh produk yg elastisitasnya uniter tdk dpt dsbutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sbg pembats antara permintaan elastis & tdk elastis, sehingga belum tentu ada produk yg dpt dikatakn memiliki permintaan uniter elastis.
4. Permintaan elastis : elastisitas > 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan hrg. Ini sering terjadi pd produk yg mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, maknan ringan, & lain sbgnya. Ktka hrgnya naik, knsmen akn dgn mudah menemukan brng penggantinya.
5. Permintaan elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Dimana pd suatu hrg tertentu pasar sanggup membeli semua brng yg ada di pasar. Namun, kenaikan hrg sedikit saja akn menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dgn demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh produk yg permintaannya bersifat tdk elastis sempurna diantaranya brng/jasa yg bersifat komoditi, yaitu brng/jasa yg memiliki karakteristik & fungsi sama meskipun dijual di tempat yg berbeda a/ diproduksi o/ produsen yg berbeda. Dgn demikian, secara nalar brng/jasa trsbt seharusnya memiliki hrg yg sama pula. Misalnya saja paperclip & pen tinta biasa (seperti pen merek S & P yg rata-rata berhrg 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket u/ membeli paperclip, misalnya, kita cenderung tdk akn memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yg sering kita jadikan bahan perbandingan adlh hrg, dimana kita akn membeli paperclip yg hrgnya plng mrh (a/ pd hrg rata-rata yg diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yg menjual paperclip diats hrg rata-rata, permintaan akn brngnya akn turun ke nol. Ini krn semua paperclip, meskipun hrgnya berbeda-beda, memberikan fungsi yg sama.
Faktor Penentu Elastisitas Permintaan
Ada empat faktor utama dlm menentukan elastisitas permintaan :
1. Produk substitusi.
Smkn byk produk pengganti (substitusi), permintaan akn smkn elastis. Hal ini dikrnkan knsmen dpt dgn mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan hrg, sehingga permintaan akn produk akn sgt sensitif trhdp perubahan hrg.
2. Prosentase pendptan yg dibelanjakn.
Smkn tinggi bagian pendptan yg digunakn u/ membelanjakn produk trsbt, maka permintaan smkn elastis. Produk yg hrgnya mahal akn membebani knsmen ktka hrgnya naik, sehingga knsmen akn mengurangi permintaannya. Seblknya pd produk yg hrgnya mrh.
3. Produk mewah versus kebutuhan.
Permintaan akn produk kebutuhan cenderung tdk elastis, dimana knsmen sgt membutuhkan produk trsbt & mungkin sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan hrg cenderung tdk menurunkan permintaan. Seblknya, permintaan akn produk mewah cenderung elastis, dimana brng mewah bknlah sebuah kebutuhan & substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya, kenaikan hrg akn menurunkan permintaan.
4. Jangka waktu permintaan dianalisis.
Smkn lama jangka waktu permintaan dianalisis, smkn elastis permintaan akn suatu produk. Dlm jangka pendek, kenaikan hrg yg terjadi di pasar mungkin belum disadr o/ knsmen, sehingga mereka ttp membeli produk yg biasa dikonsumsi. Dlm jangka panjang, knsmen telah menyadr kenaikan hrg, sehingga mereka akn pindah ke produk substitusi yg tersedia. Selain itu, dlm jangka panjang kualitas & desain produk jg berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan knsmen pindah ke produk lain.
Elastisitas & Total Penerimaan (penjual/produsen)
Elastisitas permintaan mempengaruhi total penerimaan yg diterima o/ penjual a/pun produsen. Hubungan keduanya adlh sbg berikut :
1. Permintaan tdk elastis sempurna (= 0), perubahan hrg tdk mempengaruhi kuantitas yg diminta ats brng. Dgn demikian, kenaikan hrg akn meningkatkan total penerimaan, vice versa.
2. Permintaan tdk elastis (< 1), prosentase perubahan kuantitas yg diminta < dr prosentase perubahan hrg. O/ krn itu, kenaikan hrg akn meningkatkan total penerimaan penjual/produsen, vice versa.
3. Permintaan uniter elastis (= 1), prosentase perubahan kuantitas = prosentase perubahan hrg. Dgn demikian, tdk ada pengaruh trhdp total penerimaan.
4. Permintaan elastis (> 1), prosentase perubahan kuantitas yg diminta > dr prosentase perubahan hrg. O/ krnnya, kenaikan hrg akn menurunkan total penerimaan penjual/produsen, vice versa.
5. Permintaan elastis sempurna (tak terhingga), kenaikan hrg akn menyebabkan permintaan turun jadi 0. O/ krnnya, kenaikan hrg sekecil apapun akn menghilangkan total penerimaan. Sementara penurunan hrg akn menurunkan total penerimaan.
Pembuktian akn hubungan antara hubungan antara elastisitas & total penerimaan ini dpt disimulasikan sendiri dgn menentukan koefisien elastisitas sebuah produk.
Elastisitas Permintaan Silang
1. Produk substitusi.
Elastisitas permintaan silang adlh positif, dimana kenaikan hrg produk A akn menaikkan permintaan ats produk B. Contoh produk substitusi : minyak tanah & kayu bakar, maknan ringan yg tersedia dlm berbagai merek, beras berkualitas sama mereak A & B, & lain sbgnya.
2. Produk komplementer.
Elastisitas permintaan silang adlh negatif , dimana kenaikan hrg produk A akn menurunkan permintaan produk B, vice versa. Contoh produk komplementer misalnya bensin & mobil (mobil tdk dpt digunakn tanpa bensin). Jika hrg bensin naik, permintaan akn mobil akn cenderung turun.
Elastisitas Permintaan Pendptan (pembeli/knsmen)
Elastisitas permintaan pendptan (elastisitas pendptan) mengukur bagaimana kuantitas permintaan merespon trhdp perubahan pendptan pembeli. Rumus perhitungannya adlh :
Elastisitas pendptan = % perubahan kuantitas diminta / % perubahan pendptan
Elastisitas pendptan ditentukan o/ jenis produk, yaitu :
1. Produk normal.
Elastisitas pendptan adlh positif. Misalnya, permintaan akn produk normal akn meningkat jika pendptan meningkat. Contoh ekstrimnya adlh beras, dpt digantikan dgn ubi sbg produk inferiornya.
2. Produk inferior.
Elastisitas pendptan adlh negatif. Misalnya, permintaan akn produk inferior akn menurun jika pendptan meningkat.
Elastisitas Hrg Penawaran
Elastisitas hrg penawaran mengukur seberapa byk penawaran brng & jasa berubah ktka hrgnya berubah. Elastistas hrg ditunjukkan dlm bentuk prosentase perubahan ats kuantitas yg ditawarkan sbg akibat dr satu persen perubahan hrg.
Koefisien Elastisitas Penawaran
Jenis-jenis Elastisitas Penawaran
Ada lima jenis elastisitas penawaran :
1. Penawaran tdk elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tdk dpt ditambah pd tingkat hrg berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akn terlihat vertikal.
2. Penawaran tdk elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih kecil dr perubahan hrg, artinya perubahan hrg mengakibatkan perubahan yg relatif kecil trhdp penawaran.
3. Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dgn perubahan hrg.
4. Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih besar dr perubahan hrg, artinya perubahan hrg mengakibatkan perubahan yg relatif besar trhdp penawaran.
5. Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan dpt menyuplai berarapun kebutuhan pd satu tingkat hrg tertentu. Perusahaan mampu menyuplai pd biaya per unit konstan & tdk ada limit kapasitas produksi.
Faktor Penentu Elastisitas Penawaran
Ada dua faktor yg sgt penting dlm menentukan elastisitas penawaran, yaitu :
1. Kemampuan penjual/produsen merubah jmlh produksi.
Ini berkaitan dgn biaya & kapasitas produksi. Penawaran akn cenderung tdk elastis apabila slh satu dr hal-hal berikut terjadi :
- Biaya produksi u/ menaikkan jmlh penawaran besar. Misalnya jika produksi saat ini telah mencapai skala ekonomis & biaya rata-rata minimal, maka penambahan satu unit produksi akn menambah biaya rata-rata & mengakibatkan produksi berada dlm skala tdk ekonomis.
- A/ kapasitas produksi telah terpakai penuh, sehingga penambahan kapasitas akn memerlukan pabrik/mesin baru, misalnya, yg membutuhkan investasi besar.
Sementara penawaran akn cenderung elastis jika yg terjadi adlh seblknya.
2. Jangka waktu analisis.
Pengaruh waktu analisis trhdp elastisitas penawaran dibedakn menjadi tiga :
- Jangka waktu yg sgt singkat. Pd jangka waktu yg sgt singkat, penjual/produsen tdk dpt menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi tdk elastis sempurna.
- Jangka pendek. Kapasitas produksi tdk dpt ditambah dlm jangka pendek, namun perusahaan masih dpt menaikkan produksi dgn kapasitas yg tersedia dgn memanfaatkan faktor-faktor produksi yg ada. Hasilnya, penawaran dpt dinaikkan dlm prosentase yg relatif kecil, sehingga penawaran tdk elastis.
- Jangka panjang. Produksi & jmlh penawaran brng lebih mudah dinaikkan dlm jangka panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis.
3. Stok persediaan.
Smkn besar persediaan, smkn elastis persediaan. Ini krn produsen dpt segera memenuhi kenaikan permintaan dgn persediaan yg ada.
4. Kemudahan substitusi faktor produksi/input.
Smkn tinggi mobilitas mesin (a/ kapital lainnya) & tenaga kerja, smkn elastis penawaran. Smkn elastis mobilitas kapital & tenaga kerja, smkn mudah produsen memenuhi perubahan permintaan yg terjadi. Ini krn kapital & tenaga kerja ebih fleksibel, sehingga dpt ditambah a/ dikurangi sewaktu-waktu dibutuhkan.
Prdgm Modernisasi
Prdgm modernisasi mengacu kepd asumsi bahwa kemiskinan & keterbelakngan, yg didefinisikan berdasarkan perbedaan kondisi ekonomi, politik, sosial & budaya yg ada di antara bangsa kaya & bangsa miskin, disebabkan o/ cirri cultural & structural masy. O/ krn itu, u/ memecahkan maslh itu diperlukan perubahan pd kultur & struktur internal masy dlm bentuk transformasi cultural & structural, dr cirri masy tradisional ke cirri masy modern, melalui suatu proses imitative bertahap yg terencana.
O/ krn kondisi Negara barat sbg representasi masy modern dijadikan sbg acuan pembangunan, dlm arti Negara terkebelakng harus meniru pranata tertentu yg menjadi cirri negara kaya, yaitu negara-negara Barat, maka dlm praktiknya proses modernisasi menjadi identik dgn proses Westernisasi.
Dilihat dr sisi sosiologis, mengacu kepd Parson (1951), pembangunan merupakn proses pergeseran dr masy tradisional yg berciri partikularisme, status tempelan (ascription) & tdk terspesialisasi ke masy modern yg berciri universalisme, prestasi, & spesialisasi. Konsep ini kemudian dijabarkan ke dlm upaya pembangunan yg diarahkan u/ mengembangkan diferensiasi sosial, suatu proses di mana masy mengalami perbykn fungsi & lembaga sehingga dgn demikian proses pencapaian tujuan akn berlangsung secara lebih efektif & efisien (Smelser 1964 dlm PSKMP 2000)
Di sisi ekonomi, modernisasi menghendaki a&ya perubahan struktur ekonomi dlm suatu pentahapan terencana yg meniru perkembangan yg telah dialami o/ negara maju. Rostow (1960) membagi prose situ ke dlm lima tahapan, yaitu: (i) masy tradisional; (ii) masy pra lepas landas; (iii) tahap lepas landas; (iv) jalan menuju kematangan; & (v) masy knsmen. Jika ditelusuri, terlihat bahwa inti pemikiran Rostow adlh meman&g pembangunan sbg proses pembentukan modal. Ia jg menambahkan agar transformasi ekonomi itu dpt berlangsung dgn baik, maka diperlukan aliran a/ bantuan &a u/ menggerakkan investasi. Inilah yg kemudian membentuk citra bahwa teori pembangunan konvensional menempatkan perekonomian kapitalis sbg tujuan dr semua upaya pembangunan.
Berbeda dr Rostow yg terlihat pembangunan sbg proses endogen sehingga bersifat universal, Alexander Gerschenkron (1962) menganggap modernisasi sbg proses histories. Hal ini disimpulkan dr pengamatannya bahwa prose situ tdk hanya berupa serangkaian pengulangan sistematis, ttpi merupakn proses yg penuh penyimpangan. Pengamatan ini pula yg menyebabkan Gerschenkron berpendpt bahwa proses pembangunan ekonomi tdklah harus mengikuti semua tahapan Rostow secara berurutan, ttpi dimungkinkan a&ya lompatan u/ melewati suatu tahapan. Di sinilah letak peran negara yg diharapkan mampu melakukan proses subsitusi, misalnya berupa program negara u/ mengatsi ketiadaan wirausahawan, pasar modal & faktor-faktor lainnya, serta pemanfaatan keunggulan teknologi negara maju.
Dlm praktiknya, pembangunan fisik menjadi arus utama (mainstream) dr proses modernisasi. Ideologi pembangunan yg dianut adlh pertumbuhan, efisiensi, & kompetisi. Tujuan pembangunan terfokus pd ekspansi produktivitas ekonomi, se&gkan sasaran pembangunan pd pembentukan sumber daya, pengembangan teknologi, & perbaikan cara produksi, dgn unit operasional dr semua pembangunan adlh tatanan nasional. Dlm modernisasi, pemasukan modal asing, pengembangan teknologi modern, perbaikan & pengembangan prasarana, serta penguatan & pengembangan fondasi ekonomi ditempatkan sbg sarana utama pembangunan. Kesuksesan pembangunan diukur dr kenaikan angka GDP, pero/an devisa, & penyerapan tenaga kerja pd tingkat nasional. U/ mengelola proses pembangunan, tampillah birokrat & militer serta lembaga pembangunan internasional & perusahaan multi-nasional sbg actor utama pembangunan (PSKMP, 2002).
Dlm perjalanan sejarahnya, prdgm modernisasi secara bertahap kehilangan kekuatannya, disebabkan terutama o/ ketdkmampuannya menjelaskan proses pembangunan yg sesungguhnya terjadi di dunia ketiga. Ini terbukti dgn a&ya berbagai premis yg ternyata keliru, serta a&ya berbagai dampak negative modernisasi. Reputasinya jg menjadi smkn memburuk setelah para ilmuwan Amerika Selatan mengembangkan Teori Dependensia.
Premis modernisasi yg kemudian berubah menjadi ilusi bahwa negara-negara Barat patut dijadikan acuan dlm proses pembangunan krn telah mencapai tahap pembangunan yg tertinggi, dibuyarkan o/ krisis pd tahun 1970-an. Krisis ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya tdk ada negara “maju”. Yg ada hanyalah proses perubahan yg terus menerus & proses ini berjalan sbg “kemajuan” a/ “bkn kemajuan” tergantung kepd cara pan&g yg dianut.
Pengalaman pembangunan yg gagal di Amerika Latin yg ternyata hanya bermuara pd peningkatan utang yg luar biasa jmlhnya, serta pengalaman Indonesia & beberapa negar Asia Tenggara pd akhir tahun 1990-an, menunjukkan bahwa maslh ekonomi murni. Masy tdk dpt direduksi pd sector ekonominya, & sector ekonomi tdk dpt direduksi pd kekuatan pasar yg impersonal.
Dr aspek teori, kajian Andre Gunder Frank (1969) tntng sosiologi pembangunan & keterbelakngan sosiologi mengungkapkan bahwa perspektif modernisasi yg dikembangkan o/ ilmuwan yg tergabung dlm Research Center on Economic Development and Culture Change, kubu utama modernisasi, tdk dpt dipertahankan secara empiris bahwa implementasi prdgm itu terbukti tdk mampu merangsang proses pembangunan di dunia ketiga.
Frank menolak premis prdgm modernisasi yg melihat keterbelakngan sbg kondisi orisinal, melainkan lebih merupakn kondisi yg diciptakn, misalnya deindustrialisasi India o/ Inggris, akibat destruktif dr perdagangan budak bagi masy Afrika serta penghancuran peradaban India di Amerika Tengah & Selatan. Kritik trhdp modernisasi tdk hanya tertuju kepd teori yg mendukung ttpi jg diarahkan kepd tradisi evolusionalisme & fungsionalisme yg menjadi sumber inspirasi teori modernisasi. Smith (1973 dlm Hettne, 1990) membagi kritiknya dlm empat aspek. Secara metodologis, neo-evolusionalisme, sbgmana yg dianut o/ teori Rostor, didasarkan kepd komparasi static, yaitu hanya memperhatikan ttk awal & akhir dr proses serta mengabaikan proses perubahan. Pendekatan ini mengabaikan aspek dinamika, sehingga perspektif menyeluruh menjadi hilang. Dr sisi logika, terdpt kekeliruan yg menyamakn serialisme dgn penjelasan kausal mengenai transisi. Secara empiris, mudah ditunjukkan bahwa semua upaya u/ mengklasifikasikan masy dgn menggunakn indicator tradisi & modernitas akn gagal. Frank (1969) menunjukkan bahwa pola Parson tntng masy terkebelakng (tradisional) & masynya masih dipenuhi dgn partikularisme, status tempelan & struktur peran secara fungsional tdk sekhusus yg diinginkan. Seblknya, cirri-ciri universalisme, prestasi & kekhususan mungkin ditemukan dlm struktur sosial negara berkembang. Secara moral, keberatan plng utama adlh etnosentrisme yg terkandung dlm pendekatan modernisasi. Ini merupakn slh satu alas an utama bagi Amerika Latin u/ menerima aliran ketergantungan.
Sesuai dgn kecenderungan prdgm ilmu sosial u/ berakumulasi, bknnya memudar, maka berbagai kritik trhdp prdgm ini menyebabkan a&ya upaya u/ memikirkan kembali prdgm trsbt, dlm arti mewujudkan doktrin & konsep yg lemah.
Pemikiran kembali itu diwujudkan dgn melakukan universalisasi konsep. Konsekuensinya adlh menjauhkannya dr pengertian modernisasi dr perspektif Barat. Upaya rekonseptualisasi seperi ini misalnya dilakukan o/ Wilbert Moore (1997) dgn mendefinisikan modernisasi sbg rasionalisasi perilaku sosial & organisasi sosial. Dgn definisi ni, terlihat bahwa proses modenisasi bkn lagi merupakn serangkaian upaya u/ mencapai kondisi negara maju yg jelas sgt bernuansa etnosentris. Nash (1984), slh seorang gembong Research Center on Economic Development and cultural Change, mendefinisikan kembali modernisasi sbg:
“pertumbuhan dlm kemampuan menerapkan pengetahuan yg teuji kepd semua cabang produksi” & mengartikan modernitas sbg “kerangka sosial budaya & psikologis yg mendukung penerapan sains dlm proses produksi”/ (dlm Hettne, 1990).
Dgn definisi ini maka modernisasi bkn lagi Westernisasi, krn memberikan ruang kepd pelembagaan nilai-nilai modern tanpa harus mengacu kepd satu pola tertentu.
Prdgm Dependensia
Para penganjur aliran ketergantungan, seperti Stavenhagen, Cardoso, & Sunkel, ragu trhdp doktrin dasar prdgm modernisasi yg melihat kemiskinan & ketebelakngan disebabkan terutama o/ faktor cultural & structural internal masy. Rodolfo Stavenhagen (1966) meragukan bahwa masy Amerika Latin bersifat dualistis. Ini merupakn bagian pertama dr kritiknya yg terkenal “tujuh tesis keliru mengenai Amerika Latin”. Fernando Henrique Cordoso (1969) menekankan bahwa gagasan tradisi versus modernitas berasal dr sosiologi Eropa sehingga mengandung bias yg besar u/ diterapkan di kawasan lain. Osvaldo Sunkel (1969) menekankan bahwa pan&gan yg ideal & mekanis trhdp pembangunan yg menjadi cirri prdgm modernisasi harus diganti dgn metoda yg lebih historic agar mampu mencerminkan kondisi masy yg sebenarnya.
Di samping alasan-alasan yg dsbutkan di ats, kemunculan prdgm Dependensia jg didorong o/ semangat kebutuhan pribumi konsep pembangunan sbg raksi trhdp prdgm modernisasi yg dinilai sgt etnosentris.
Dilihat dr sisi sejarah kelahirannya, aliran ketergantungan merupakn hasil pertemuan dr dua kecenderungan intelektual utama. Yg pertama berlatarbelakng Marxis yg mengandung beberapa orientasi teoritis, seperti Marxisme Klasik, Marxisme-Leninisme, & neo-Marxisme, se&gkan yg kedua berakar pd pemikiran strukturalis Amerika Latin tntng pembangunan, yg akhirnya membentuk tradisi CEPAL (CEPAL adlh bahasa Spanyol dr Economic Commission for Latin Amerika – ELCA )
Berbagai latar belakng yg dimaksudkan di ats, menyebabkan a&ya beberapa varian dr aliran ketergantungan yg masing-masing memiliki gaya, penekanan, orientasi disiplin, & preferensi ideologis yg berbeda, ttpi mereka semua memiliki gagasan dasar yg sama.
Gagasan dimaksud, yg kemudian menjadi doktrin aliran dependensia klasik, melihat hubungan antarnegara dlm format initi pinggiran. Akar dr kemiskinan adlh a&ya eksploitasi dr negara inti trhdp negara pinggiran (Baran, 1957; Frank, 1967). Model hubungan ini merefleksikan sistem pembagian kerja internasional yg bersifat vertical, di mana ngara inti memproduksi komoditas industri yg nilai tambah & spin-off-nya tinggi, se&gkan negara pinggiran memproduksi komoditas pertanian yg nilai tambah & spin-off-nya rendah. Perbedaan nilai tambah & spin-off ini menyebabkan kemiskinan & keterbelakngan negara berkembang (Prebisch, 1953;Galtung, 1971). Di samping itu, kemiskinan & keterbelakngan tambah diperparah o/ pengurasan surplus negara pingggiran melalui pengembalian bantuan modal, teknologi & sumber daya manusia (Dos Santos, 1971 dlm PSKMP, 2000).
O/ krn itu, satu-satunya kiat yg dpt dilakukan u/ menghapus kemiskinan & keterbelakngan adlh dgn memutuskan hubungan dgn negara inti. Proses pembangunan harus dpt dilakukan secara mandiri tanpa bantuan investasi & teknologi dr negara maju. Di samping itu, diperlukan perbaikan tatanan ekonomi & sosial dunia internasional, dlm hal ini berupa perbaikan pola pembagian kerja internasional khususnya dlm hubungan antara negara maju dgn negara berkembang. Sunkel (1969) yg mewakili aliran strukturalisme Amerika Latin, melihat pembangunan & ketergantungan merupakn dua proses yg saling berhubungan dlm satu struktur tunggal. Kapitalisme internasional yg smkn terintegrasi se&gkan sistem ekonomi nasional, khususnya di kawasan pinggiran, mengalami proses diintegrasi. O/ krn itu pembangunan seyogianya diarahkan u/ meningkatkan otonomi nasional yg antara lain dilakukan dgn reformasi radikal struktur politik & ekonomi domestic.
Aliran ketergantungan memiliki beberapa kelemahan, baik pd tataran prdgmtic, teoritis, metodologis maupun empiris. Namun, kelemahan pokok dr aliran ini alah ia tdk dilengkapi dgn teori tntng pembangunan secara memadai. Aliran ini terlalu memusatkan perhatian kepd kendala eksternal trhdp pembangunan sehingga mengabaikan bagaimana memulai proses pembangunan bgtu kendala eksternal berhasil diatsi. Ada kesan bahwa perspektif pembangunan aliran ketergantungan lebih dekat dgn pertumbuhan endogen & prdgm modernisasi. Seblknya kesulitan yg ada dlm pembangunan yg mandiri dianggap sepele (Hettne, 1990).
Strategi pembangunan aliran ini, khususnya yg dianut o/ CEPAL, memberikan prioritas bagi industrialisasi dgn substitusi impor, perencanaan, & intervensi negara secara umum, & integrasi nasional. Pengalaman yg dipetik dr implementasi strategi ini, khususnya subtitusi impor, menunjukkan bahwa strategi ini kurang memadai u/ tdk menyebutnya keliru. Kelemahan strategi ini minimal u/ tdk menyebutkan keliru. Kelemahan strategi ini minimal disebabkan o/ dua faktor. Pertama, proses industrialisasi membutuhkan masukan yg harus diimpor, sehingga menciptakn ketergantungan jenis lain, yaitu ketergantungan teknologi & ketergantungan keuangan. Kedua, pola distribusi pendptan di Amerika Latin membatsi permintaan trhdp hasil industri dlm negeri itu. Ini menyebabkan proses pertumbuhan terhenti, segera setelah permintaan itu terpenuhi.
Pd tingkat nasional, terdpt beberapa rezim yg menganut & mengimplementasikan aliran ini, seperti Cile di bawah Allende, Jamaika di bawah Manley, & Tanzania di bawah Nyerere. Di antara rezim itu, hanya satu yg mampu bertahan, itu pun setelah memodifikasi strategi pembangunannya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa kemandirian merupakn pilihan yg sulit dlm konteks tatanan dunia masa kini (Hettne,1990). Di samping itu, keberhasilan pembangunan negara-negara industri baru, menunjukkan fakta yg berbeda dgn yg diyakini o/ penganut aliran ketergantungan.
Walaupun secara umum aliran ketergantungan memiliki byk kelemahan sbgmana telah disinggung sebelumnya, namun aliran ini telah mampu memberikan byk kontribusi berhrg. Slh satu di antaranya adlh keberhasilannya mendorong perkembangan tuntutan trhdp Tata Ekonomi Internasinal Baru pd pertengahan tahun 1970-an, walaupun sukses ini tdk dpt dilepaskan dr peran OPEC. Di samping itu, aliran ini jg telah berhasil menimbulkan tekanan yg cukup kuat u/ melakukan modifikasi pd prdgm modernisasi & jg telah mendorong munculnya kebutuhan akn pribumi teori pembangunan.
Berbagai kelemahan aliran ini, menyebabkan rangsangan unutk mengembangkan berbagai varian baru, sebagian merupakn perkembangan dr strategi CEPAL, lainnya lebih berorientasi kepd varian Marxisme tertentu.
Hopkins & Wallerstein (1977) mengembangkan teori dependensi baru yg lebih moderat yg melihat hubungan eksploitasi negara inti dgn negara pinggiran bersifat dinamis, dlm arti suatu negara pinggiran tdklah selalu berada pd posisi itu, ttpi dpt beralih menjadi semi-pinggiran a/ bahkan menjadi negara maju a/ negara inti. Cardoso (1973), Warren (1980) & Evans (1981) berpendpt bahwa walaupun dlm keadaan tergantung, negara pinggiran masih memiliki peluang u/ berkembang & mencapai kemajuan dlm industrialisasi. Proses perkembangan ini mereka sebut sbg “dependent development”. Dgn kata lain, teori dependensi baru menyatakn bahwa hubungan ketergantungan tdk akn menjadi maslh sepanjang dlm prose situ negara pinggiran dpt mengalami kemajuan (PSKMP, 2000)
Prdgm Kapitalis Dunia
Berangkat dr keinginan manusia u/ hidup bebas, maka pengawasan manusia ats manusia dikurangi, sehingga berbagai protes u/ menyuarakn hidup & kehidupan dilontarkan, misalnya kebebesan berpendpt, bergaul, beragama, berpikir, menulis, mencari nafkah, berkumpul & mewujudkan keberadaan.
Penertiban & peraturan o/ kelompok liberalis dianggap cenderung sentralistis & kurang manusiawi, tdk menghrgi demokratisasi & hak azasi manusia, lebih jauh mereka menuntut:
1. Mengumpulkan kekayaan secara bebas
2. Persaingan bebas dlm politik
3. Pasar bebas dlm perdagangan
4. Kehidupan yg bebas dlm pergaulan
5. Pemerintahan yg bebas
Prinsip-prinsip fundamentalis kaum liberal sbgmana trsbt di ats smkn dikembangkan kaum kapitalis, krn mereka adlh pemilik modal dlm jmlh besar (konglomerat) maka kemungkinan u/ mencari keuntungan tanpa bats yaitu mengadakn produksi dgn menguasai alat produksi masy misalnya:
1. Menumpuk brng & jasa
2. Pemilikan modal u/ segala jenis perdagangan
3. Produksi besar-besaran dgn mesin modern
4. Ekploitasi tenaga manusia & sumber alam
Perspektif Sistem Ekonomi Kapitalisme
Ciri-ciri Ekonomi Kapitalisme :
• Pengakuan yg luas ats hak-hak pribadi dimana Pemilikan alat-alat produksi di tangan individu & Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yg dipan&g baik bagi dirinya.
• Perekonomian diatur o/ mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi memberikan “signal” kepda produsen & knsmen dlm bentuk hrg-hrg. Campur tangan pemerintah diusahakn sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yg mengatur perekonomian menjadi efisien. Motif yg menggerakkan perekonomian mencari laba
• Manusia dipan&g sbg mahluk homo-economicus, yg selalu mengejar kepentingan sendiri. Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman Yunani Kuno (dsbut hedonisme).
Kebaikan-kebaikan Ekonomi Kapitalisme:
• Lebih efisien dlm memanfaatkan sumber-sumber daya & distribusi brng-brng.
• Kreativitas masy menjadi tinggi krn a&ya kebebasan melakukan segala hal yg terbaik dirinya.
• Pengawasan politik & sosial minimal, krn tenaga waktu & biaya yg diperlukan lebih kecil.
Kelemahan-kelemahan Kapitalisme
• Tdk ada persaingan sempurna. Yg ada persaingan tdk sempurna & persaingan monopolistik.
• Sistem hrg gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, krn a&ya faktor-faktor eksternalitas (tdk memperhitungkan yg menekan upah buruh & lain-lain).
Kecenderungan Bisnis dlm Kapitalisme
Perkembangan bisnis sgt dipengaruhi o/ sistem ekonomi yg berlaku. Kecenderungan bisnis dlm kapitalisme dewasa ini adlh: a&ya spesialisasi, a&ya produksi massa, a&ya perusahaan berskala besar, a&ya perkembangan penelitian.
Runtuhnya Sistem Ekonomi Kapitalisme
Dgn kegagalan kapitalisme membangun kesejahteran umat manusia di muka bumi, maka isu kematian ilmu ekonomi smkn meluas di kalangan para cendikiawan dunia. Byk pakar yg secara khusus menulis buku tntng The Death of Economics trsbt, antara lain Paul Omerod, Umar Ibrahim Vadillo, Critovan Buarque, & sbgnya.
Paul Omerod dlm buku The Death of Economics (1994). Menuliskan bahwa ahli ekonomi terjebak pd ideologi kapitalisme yg mekanistik yg ternyata tdk memiliki kekuatan dlm membantu & mengatsi resesi ekonomi yg melanda dunia. Mekanisme pasar yg merupakn bentuk dr sistem yg diterapkan kapitalis cenderung pd pemusatan kekayaan pd kelompok orang tertentu.
Mirip dgn buku Omerod, muncul pula Umar Vadillo dr Scotlandia yg menulis buku, ”The Ends of Economics” yg mengkritik secara tajam ketdkadilan sistem moneter kapitalisme. Kapitalisme justru telah melakukan ”perampokan” trhdp kekayaan negara-negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yg sesungguhnya adlh riba.
Dr berbagai analisa para ekonom dpt disimpulkan, bahwa teori ekonomi telah mati krn beberapa alasan. Pertama, teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan ketdkadilan ekonomi yg sgt dlm, khususnya krn sistem moneter yg hanya menguntungkan Barat melalui hegemoni mata uang kertas & sistem ribawi. Kedua, Teori ekonomi kapitalisme tdk mampu mengentaskan maslh kemiskinan & ketimpangan pendptan. Ketiga, prdgmnya tdk mengacu kepd kepentingan masy secara menyeluruh, sehingga ada dikotomi antara individu, masy & negara. Keempat, Teori ekonominya tdk mampu menyelaraskan hubungana antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju & negara berkembang. Kelima, terlalaikannya pelestarian sumber daya alam.
Alasan-alasan inilah yg o/ Mahbub al-Haq (1970) dianggap sbg dosa-dosa para perencana pembangunan kapitalis. Kesimpulan ini bgtu jelas apabila pembahasan teori ekonomi dihubungkan dgn pembangunan di negara-negara berkembang. Sementara itu perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kesenjangan antara negara-negara berpendptan tinggi & negara-negara berpendptan rendah, ttp menjadi indikasi bahwa globalisasi belum menunjukkan kinerja yg menguntungkan bagi negara miskin. (The World Bank, 2002).
Sejalan dgn Omerod & Vadillo, belakngan ini muncul lagi ilmuwan ekonomi terkemuka bernama E.Stigliz, pemegang hadiah Nobel ekonomi pd tahun 2001. Stigliz adlh Chairman Tim Penasehat Ekonomi President Bill Clinton, Chief Ekonomi Bank Dunia & Guru Besar Universitas Columbia. Dlm bukunya “Globalization and Descontents, ia mengupas dampak globalisasi & peranan IMF (agen utama kapitalisme) dlm mengatsi krisis ekonomi global maupun lokal. Ia menyatakn, globalisasi tdk byk membantu negara miskin. Akibat globalisasi ternyata pendptan masy jg tdk meningkat di berbagai belahan dunia. Penerapan pasar terbuka, pasar bebas, privatisasi sbgmana formula IMF selama ini menimbulkan ketdkstabilan ekonomi negara se&g berkembang, bkn seblknya seperti yg selama ini didengungkan barat bahwa globalisasi itu mendtngkan manfaat.. Stigliz mengungkapkan bahwa IMF gagal dlm misinya menciptakn stabilitas ekonomi yg stabil.
Krn kegagalan kapitalisme itulah, maka sejak awal, Joseph Schumpeter meragukan kapitalisme. Dlm konteks ini ia mempertanyakn, “Can Capitalism Survive”?. No, I do not think it can. (Dptkah kapitalisme bertahan ?. Tdk, saya tdk berfikir bahwa kapitalisme dpt bertahan). Selanjutnya ia mengatakn, ” Capitalism would fade away with a resign shrug of the shoulders”,Kapitalisme akn pudar/mati dgn terhentinya tanggung jawabnya u/ kesejahteraan (Heilbroner,1992).
Sejalan dgn pan&gan para ekonom di ats, pakar ekonomi Fritjop Chapra dlm bukunya, The Turning Point, Science, Society and The Rising Culture (1999) & Ervin Laszio dlm buku 3rd Millenium, The Challenge and The Vision (1999), mengungkapkan bahwa ekonomi konvensional (kapitalisme) yg berlandaskan sistem ribawi, memiliki kelemahan & kekeliruan yg besar dlm sejmlh premisnya, terutama rasionalitas ekonomi yg telah mengabaikan moral. Kelemahan itulah menyebabkan ekonomi (konvensional) tdk berhasil menciptakn keadilan ekonomi & kesejahteraan bagi umat manusia. Yg terjadi justru seblknya, ketimpangan yg smkn tajam antara negara-negara & masy yg miskin dgn negara-negara & masy yg kaya, demikian pula antara sesama anggota masy di dlm suatu negeri. Lebih lanjut mereka menegaskan bahwa u/ memperbaiki keadaan ini, tdk ada jalan lain kecuali mengubah prdgm & visi, yaitu melakukan satu ttk blk peradaban, dlm arti membangun & mengembangkan sistem ekonomi yg memiliki nilai & norma yg bs dipertanggungjawabkan.
Ttk blk peradaban versi Fritjop Chapra sgt sesuai dgn pemikiran Kuryid Ahmad ktka memberi pengantar buku Umar Chapra, ”The Future of Economics : An Islamic Perspective (2000), yg mengharuskan perubahan prdgm ekonomi. Hal yg sama jg ditulis o/ Amitai Etzioni dlm buku, ”The Moral Dimension : Toward a New Economics”(1988), yakni kebutuhan akn paradigm shift (pergeseran prdgm) dlm ekonomi.
Sejalan dgn pan&gan para ilmuwan di ats, Critovan Buarque, ekonom dr universitas Brazil dlm buknya, “The End of Economics” Ethics and the Disorder of Progress (1993), melontarkan sebuah gugatan trhdp prdgm ekonomi kapitalis yg mengabaikan nilai-nilai etika & sosial.
Prdgm ekonomi kapitalis trsbt telah menimbulkan efek negatif bagi pembangunan ekonomi dunia, yg dsbut Fukuyama sbg ”Kekacauan Dahsyat” dlm bukunya yg plng monumental, “The End of Order”.(1997), yakni berkaitan dgn runtuhnya solidrtas sosial & keluarga.
Meskipun di Barat, ada upaya u/ mewujudkan keadilan sosial, namun upaya itu gagal, krn prdgmnya ttp didasarkan pd filsafat materialisme & sistem ekonomi ribawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Telah Mengisi Komentar