Sebelumnya, aku tak tahu terlalu banyak tentangmu.
Melihatmu pun hanya sesekali saat melintasi jalan menuju ke sekolah.
Seperti melihat yang lainnya, tak ada perasaan yang lebih kepadamu.
Suatu hari, saat aku pulang sekolah, aku terkaget, karena melihatmu ada di rumahku.
Orang tua ku pun memperkenalkanku denganmu.
Katanya, Orang tua mu juga menyetujui mu jika kamu ingin dekat denganku.
Aku bingung, karena itu kali pertama ku melihatmu dari jarak yang sangat dekat.
Bahkan, aku bisa langsung menyentuhmu jika aku mau.
Semenjak pertemuan itu, aku dan kamu selalu bersama-sama.
Bersama-sama terkena terik matahari, bersama-sama menembus derasnya hujan, dan juga bersama-sama jatuh saat menabrak kendaraan orang.
Meski begitu, kamu tak kapok jalan berdua lagi denganku.
Bahkan, kamu menjadi teman paling dekatku saat SMA.
Ya, disaat yang lain menjatuhkanku, dan meremehkan impianku, kamu selalu mendukung perjuanganku.
Ketika aku ingin keluar kota untuk sekedar tes perguruan tinggi, kamu rela ikut dengan ku menempuh puluhan kilometer.
Kamu juga setia menemaniku selama dua tahun di SMA, kecuali saat kamu sakit dan tidak bisa masuk.
Tapi aku juga tidak akan membiarkanmu sakit berlama-lama, jika tidak ada yang mengantarmu ke rumah sakit, aku sendiri yang mengajakmu kesana, agar kamu lekas sembuh, dan bisa menemaniku kembali ke sekolah seperti hari-hari biasa.
Maaf, jika aku sempat berpisah sementara waktu denganmu, karena aku harus menempuh pendidikan di ibukota.
Tapi bukan kamu namanya, kalau bisa berlama-lama jauh dariku.
Beberapa bulan kemudian, kamu menyusulku ke ibukota, dan menemani tahun-tahun pertamaku di kampus.
Tapi..., kita harus berpisah kembali, saat orang tua ku mengkhawatirkan keadaanmu yang tak terurus, karena aku yang terlalu sibuk dengan setumpuk buku-buku.
Maaf, jika aku tak sempat memperhatikanmu, karena saat itu, diriku pun juga sering sakit-sakitan karena banyak sekali yang harus dikerjakan.
Awal tahun 2015 ini, aku pulang ke kampung, untuk mengurus berkas yang dibutuhkan sebagai syarat mendapatkan pekerjaan di ibukota.
Tak lupa, aku menghampirimu, menanyakan keadaanmu, dan mengusap air yang keluar dari matamu.
Akupun mengucap syukur karena kondisimu sudah lebih baik dibanding terakhir kita bertemu.
Saat ingin kembali ke ibukota, aku kebingungan, karena semua tiket sudah habis terjual.
Bahkan, untuk kelas eksekutifpun sudah tidak ada.
Disaat genting seperti ini, aku tak tahu harus meminta bantuan ke siapa selain kepadamu.
Aku serasa tak percaya, meski kamu pernah aku kesampingkan, kamu tetap mau membantuku, kamu memberikan ku sebuah tumpangan ekslusif, yang mungkin orang lain tidak pernah rasakan.
Aku tahu, hubungan kita yang kuat ini tidak terbentuk begitu saja.
Dulu, setelah mengetahui bahwa kamu sering jalan denganku, banyak teman-temanku yang mengatakan bahwa kamu itu sebenarnya galak, matre, dan berisik.
Tapi, aku hanya tersenyum mendengar celotehan mereka, dan berusaha mengalihkan pembicaraan ke hal-hal yang lainnya.
Akhir-akhir ini, ayahku pun begitu, ingin memisahkanmu dariku.
Ayahku juga beranggapan bahwa kamu sangat matre, dan tidak pantas untukku.
Tapi...., aku mengatakan kepada ayahku, kalau aku akan tetap sanggup membiayaimu, sekalipun benar kalau kamu akan menghabiskan banyak uangku.
Akhirnya, hati ayahku luluh, dan tetap membolehkanmu dekat denganku.
Sebenarnya, aku sudah tahu segalanya, sebelum orang lain memberi tahuku tentangmu.
Kamu memang sering berisik saat kita bersama
Kamu juga sering menghabiskan isi dompetku untuk sekedar membeli minuman, atau asesoris tambahan.
Kamu juga agak galak, kalau bertemu dengan yang lainnya.
Tapi..., keadaan itu masih belum cukup bagiku sebagai alasan untuk melepasmu.
Aku takut dengan keadaanmu saat bersama dengan orang lain.
Aku takut mereka tidak memperlakukanmu seperti aku memperlakukanmu.
Aku takut mereka memperalatmu untuk hal-hal yang tidak baik.
Jika itu terjadi, apakah aku masih pantas disebut sebagai orang yang baik?
Sebenarnya, sulit untuk mendapatkan hatiku, karena aku sendiri adalah seorang dengan tipe pemilih.
Setelah melihatmu dari dekat untuk pertama kalinya, aku langsung mencari segala informasi yang berhubungan denganmu, agar aku tahu, apa kekuranganmu, dan apa kelebihanmu.
Dengan begitu, aku tidak akan menyesal dikemudian hari, jika aku menemui hal-hal negatif yang muncul dari dirimu.
Mungkin kamu akan keheranan mendengar prinsipku, karena aku berbeda dengan kebanyakan orang, yang asal pilih dan akan ganti begitu saja ketika bosan.
Aku tidak seperti itu, aku memang harus memastikan dengan benar siapa yang akan ku pilih, dan ketika pilihan itu sudah jatuh, maka aku tidak akan melirik kepada yang lain selain kamu.
Aku bersyukur bisa mengenalmu
Aku berharap hubungan ini bisa berlangsung lama.
Terimakasih telah menemaniku selama delapan tahun.
Terimakasih atas seluruh pengorbananmu.
Motorku.
RX King.
My blog is My Favourite
Bacalah, Resapilah, Sebarkanlah
Minggu, 01 Februari 2015
Senin, 13 Oktober 2014
Oleh-oleh dari Banyuwangi
Hai kawan, maaf ya kalau saya tidak membawa apa-apa untuk kalian dari kota paling timur Pulau Jawa. Bukannya pelit..., tapi saya tak tahu apa yang harus saya bawa, karena selama lima hari ini, saya tidak menemukan something special. Daripada jauh2 cuma bawa martabak manis (di Banyuwangi disebutnya Terang Bulan), mending saya beliin martabaknya dari Jakarta aja kaaan.....?? so.... buat anak2 Masjid UI, stay di Masjid ya malam ini :)
Sambil nunggu martabaknya mateng, saya mau berbagi cerita nih untuk kalian, cerita yang saya alami selama perjalanan ke Banyuwangi tentunya.
Kamis, 09 Oktober 2014, beberapa minggu setelah saya pulang jalan2 dari Palembang, telah terjadwal perjalanan lagi menuju Banyuwangi, kota paling ujung timur dari Pulau Jawa. Sebelumnya saya sempat bertanya2, kenapa kalau ujung barat Pulau Jawa itu dinamakan Ujung Kulon, tapi ujung timurnya tidak dinamakan Ujung Wetan?? kok malah Banyuwangi (dalam bahasa jawa berarti Air Harum)? Usut punya usut, ternyata ada sejarahnya lo..... biar gak menuh2in postingan, baca aja sendiri disini yah... Asal Usul Kota Banyuwangi ^_^
Nah, pada hari Kamis, kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka saya berangkat dari Stasiun Pasar Minggu menggunakan KRL menuju Stasiun Pasar Senen untuk oper KRD Kertajaya ke Stasiun Pasar Turi Surabaya. Ohh iya... meski dari pasar ke pasar, saya bukan mau dagang lo ya.... apalagi mau nyopet, emang dari sono nama stasiunnya pake nama pasar :)
Sekitar pukul 13.30, sebuah kereta berwarna jingga datang memasuki stasiun Pasar Senen, tidak salah lagi, ini adalah kereta Kertajaya jurusan Pasar Turi Surabaya. Sambil membawa satu tas ransel dan tas kamera, saya menaiki kereta tersebut. Ya... kereta yang sangat baguslah untuk ukuran duit 50.000-an dari Jakarta ke Surabaya. Selama di dalam kereta, ada tiga kegiatan yang saya lakukan, berdiri, duduk, dan tidur :D
Sekitar pukul 02.30, kereta sudah sampai tanah kelahiran, Surabaya. Cepet kan...?? yo'i, karena sekarang sudah dual track lho... saya sih berharap nantinya bakal bisa jadi quad track, hingga octa track :3
Dari Stasiun Pasar Turi, saya harus oper ke Stasiun Gubeng untuk melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Saya pun harus menunggu lumayan lama, karena kereta Sri Tanjung dijadwalkan meluncur pukul 04.30. Ternyata...., banyak juga lho.... yang akan naik kereta ini menuju Banyuwangi. Dan kerennya, disini ada iklan bertuliskan "Jakarta is 1000 Island" hehe
Dari sini kereta lanjut menuju Banyuwangi, sempat melihat Sidoarjo, tempat tinggal saya selama beberapa tahun setelah pindah dari Surabaya. Disini saya juga melewatitempat wisata lumpur lapindo. wow... kereeeenn... Te Oo Pe Be Ge Te deh.
Setelah lebih dari lima jam dikereta, saya terbangun, dan secara tak sengaja melihat sebuah tulisan "Stasiun Glenmore", ahh... sepertinya saya sedang mimpi, ya, mungkin mimpi di Eropa. Mana ada di Indonesia ada stasiun bernama "Glenmore", paling ya tak jauh2 dari nama pasar. haha
Apalagi, setelah kepala nengok keluar, saya melihat sosok yang tak biasanya berada disitu dengan memakai pakaian itu.
Buat yang kepincut dengan beliau, sering2 aja naik kereta Sri Tanjung, siapa tahu jodoh, hhe
Beberapa menit kemudian, sampailah saya di stasiun yang dituju, Stasiun Kalisetail, Banyuwangi. Kalau dihitung2 sih, sudah empat kali saya melewati Banyuwangi, waktu study tour ke Bali saat kelas 3 SMP, dan kelas 2 SMA. Ya... dari segi temperaturnya sih mirip2 dengan Bekasi, haha, Bekasi lagi bekasi lagi (lagi booming).
Sesampainya disini, saya langsung check in di Hotel Baru Indah, Jl Yos Sudarso 79, Jajag. Biayanya murah meriah, single bed, TV, ceiling fan, gratis air putih + kopi/teh cuma 70.000/hari. *bukan promosi, just info :)
Disini, saya bersama seseorang, sebut saja mas Imin, setelah ngobrol panjang lebar, kitapun nginep sekamar ambil double bed buat ngehemat biaya sekaligus buat temen ngobrol (ujung2nya sih dia yang ngebayarin :D). Malam harinya, kami jalan2 keluar, nongkrong, makan jagung sambil nyeruput secangkir cappuccino.
Esok harinya, kami sempatkan jalan2 ke kebun buah naga dan jeruk milik saudaranya, wuih... saya disuruh makan buah naga dan jeruk sepuasnya, nyam nyam nyam. Sebelum balik ke hotel, kami mengisi perut di warung nasi pecel, dan tentunya, mas Imin yang bayarin. hehe
Setelah itu kami balik ke hotel dan sudah sibuk dengan urusan masing-masing.
Hari ini saya juga bertemu dengan bapak dan ngobrol panjang lebar tentang keluarga. Dan seperti biasa, saya memegang keputusan terakhir terkait rencana keluarga. Setelah memutuskan perkara tersebut, obrolan semakin ringan, dan seperti biasa ngobrol tentang jodoh. Saya bercerita ke bapak kalau pernah ketemu seseorang ustad di Merak saat akan menuju Palembang. Setelah ngorbol panjang lebar dengan ustad tersebut, beliau tanya tanggal lahir, hari lahir, dan penanggalan Jawa. Kata beliau, saya yang kelahiran Rabu Pahing, cocoknya dengan perempuan yang berhari lahir di hari Jum'at atau Sabtu, haha
Bapak pun menimpali, kalau Rabu Pahing itu bagusnya juga bukan dengan orang2 daerah Timur dan Selatan, tapi daerah Barat, jadi katanya, kalau dapet jodoh orang Jawa Barat itu nanti rintangan hidupnya tidak terlalu banyak. Saya pun cuma bisa mengangguk dan sedikit tersenyum, mengingat sosok idaman saya saat ini memang berasal dari daerah Barat, bukan Timur atau Selatan. *jangan kepo yah ^_^
Setelah maghrib, dan saya kembali ke hotel, dan langsung blek sek meninggalkan separuh nyawa alias tidur.
Hari Minggu, bapak balik ke Tulungagung, saya dan mas Imin bareng2 balik ke Surabaya karena beliau juga akan ke Jakarta naik kereta yang sama, Kertajaya.
Dan sebelum berangkat, saya sempatkan menjepret langit Banyuwangi nan eksotis.
Di perjalanan Banyuwangi --> Surabaya, tepatnya sebelum Stasiun Jember, mas Imin di telpon teman kampusnya yang tidak pernah ketemu semenjak kuliah. Beliau memanggilnya dengan sebutan kupret. Akhirnya beliau menawari saya untuk berhenti sebentar di Jember, menemani beliau menemui teman lamanya. Dan menjanjikan akan membelikan tiket eksekutif kereta Mutiara Timur Siang untuk mengejar jadwal kereta Kertajaya pukul 20.45. Mengingat saat itu masih pukul 09.00, maka saya mengiyakan, apalagi saya juga belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Kabupaten Jember.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, teman beliau datang dengan mengendarai Honda All New City keluaran April 2014. Ternyata beliau juga membawa dua anak perempuannya, namanya ceicil berumur 5 tahun dan kakaknya uni berumur 7 tahun. Dan seperti biasa, saya hanya butuh 5 menit agar dua anak ini mau nempel sama saya, haha
Sebelum mampir ke rumahnya, kami pun diajak ke rumah barunya yang setengah jadi, ya... sekitar 15 menit dari stasiun. Begitu sampek, saya dan mas Imin rada terperangah. Buseeettt..... ini rumah apaan? tingginya aja 4 lantai, brrrr.... Setelah tanya2, ternyata biaya untuk membuat rumah ini sekitar 4.5 Milyar, muke lele. Setelah capek muter2 rumahnya, kami diajak langsung ke rumahnya, sekedar mampir dan ketemu dengan istrinya. Rada tidak percaya begitu ngelihat istrinya, macam masih umur 20-an tahun, dan mirip2 SPG mobil gitu lah. *jangan dibayangkan!
Karena waktu yang semakin mepet, kami langsung diajak makan ke salah satu rumah padang langganannya. Di perjalanan beliau cerita ke saya kalau dulu pernah kuliah di LIA Jakarta mengambil sastra. Tapi semester 6 cabut karena males lagi kuliah dan menjadi sales pupuk. Setelah itu beliau mencoba berbisnis pupuk lima tahun jalan, dan telah menuai suksesnya. Sampai rumah makan padang, saya tambah kaget campur senang, ternyata semua menunya ditaruh di meja makan, dan tinggal comot mana yang mau dimakan, ahhhh.... nikmatnya.... Sesampainya di stasiun Jember, ternyata mas Imin dimintai nomer rekeningnya, haha, rejeki emang gak kemana mas, baru saja beliin saya ini itu langsung diganti dengan yang lebih gede melalui perantara orang lain, :)
Kamipun meninggalkan Jember dengan perut kenyang dan perasaan riang gembira :D.
Setelah perjalanan sekitar 2 jam, pukul 16.00, kami sampai di stasiun Gubeng Surabaya. Disini, kami mendengarkan lantunan piano sembari meregangkan otot2.
Sekitar pukul 02.30, kereta sudah sampai tanah kelahiran, Surabaya. Cepet kan...?? yo'i, karena sekarang sudah dual track lho... saya sih berharap nantinya bakal bisa jadi quad track, hingga octa track :3
Dari Stasiun Pasar Turi, saya harus oper ke Stasiun Gubeng untuk melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Saya pun harus menunggu lumayan lama, karena kereta Sri Tanjung dijadwalkan meluncur pukul 04.30. Ternyata...., banyak juga lho.... yang akan naik kereta ini menuju Banyuwangi. Dan kerennya, disini ada iklan bertuliskan "Jakarta is 1000 Island" hehe
Dari sini kereta lanjut menuju Banyuwangi, sempat melihat Sidoarjo, tempat tinggal saya selama beberapa tahun setelah pindah dari Surabaya. Disini saya juga melewati
Setelah lebih dari lima jam dikereta, saya terbangun, dan secara tak sengaja melihat sebuah tulisan "Stasiun Glenmore", ahh... sepertinya saya sedang mimpi, ya, mungkin mimpi di Eropa. Mana ada di Indonesia ada stasiun bernama "Glenmore", paling ya tak jauh2 dari nama pasar. haha
Apalagi, setelah kepala nengok keluar, saya melihat sosok yang tak biasanya berada disitu dengan memakai pakaian itu.
Buat yang kepincut dengan beliau, sering2 aja naik kereta Sri Tanjung, siapa tahu jodoh, hhe
Beberapa menit kemudian, sampailah saya di stasiun yang dituju, Stasiun Kalisetail, Banyuwangi. Kalau dihitung2 sih, sudah empat kali saya melewati Banyuwangi, waktu study tour ke Bali saat kelas 3 SMP, dan kelas 2 SMA. Ya... dari segi temperaturnya sih mirip2 dengan Bekasi, haha, Bekasi lagi bekasi lagi (lagi booming).
Sesampainya disini, saya langsung check in di Hotel Baru Indah, Jl Yos Sudarso 79, Jajag. Biayanya murah meriah, single bed, TV, ceiling fan, gratis air putih + kopi/teh cuma 70.000/hari. *bukan promosi, just info :)
Disini, saya bersama seseorang, sebut saja mas Imin, setelah ngobrol panjang lebar, kitapun nginep sekamar ambil double bed buat ngehemat biaya sekaligus buat temen ngobrol (ujung2nya sih dia yang ngebayarin :D). Malam harinya, kami jalan2 keluar, nongkrong, makan jagung sambil nyeruput secangkir cappuccino.
Esok harinya, kami sempatkan jalan2 ke kebun buah naga dan jeruk milik saudaranya, wuih... saya disuruh makan buah naga dan jeruk sepuasnya, nyam nyam nyam. Sebelum balik ke hotel, kami mengisi perut di warung nasi pecel, dan tentunya, mas Imin yang bayarin. hehe
Setelah itu kami balik ke hotel dan sudah sibuk dengan urusan masing-masing.
Hari ini saya juga bertemu dengan bapak dan ngobrol panjang lebar tentang keluarga. Dan seperti biasa, saya memegang keputusan terakhir terkait rencana keluarga. Setelah memutuskan perkara tersebut, obrolan semakin ringan, dan seperti biasa ngobrol tentang jodoh. Saya bercerita ke bapak kalau pernah ketemu seseorang ustad di Merak saat akan menuju Palembang. Setelah ngorbol panjang lebar dengan ustad tersebut, beliau tanya tanggal lahir, hari lahir, dan penanggalan Jawa. Kata beliau, saya yang kelahiran Rabu Pahing, cocoknya dengan perempuan yang berhari lahir di hari Jum'at atau Sabtu, haha
Bapak pun menimpali, kalau Rabu Pahing itu bagusnya juga bukan dengan orang2 daerah Timur dan Selatan, tapi daerah Barat, jadi katanya, kalau dapet jodoh orang Jawa Barat itu nanti rintangan hidupnya tidak terlalu banyak. Saya pun cuma bisa mengangguk dan sedikit tersenyum, mengingat sosok idaman saya saat ini memang berasal dari daerah Barat, bukan Timur atau Selatan. *jangan kepo yah ^_^
Setelah maghrib, dan saya kembali ke hotel, dan langsung blek sek meninggalkan separuh nyawa alias tidur.
Hari Minggu, bapak balik ke Tulungagung, saya dan mas Imin bareng2 balik ke Surabaya karena beliau juga akan ke Jakarta naik kereta yang sama, Kertajaya.
Dan sebelum berangkat, saya sempatkan menjepret langit Banyuwangi nan eksotis.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, teman beliau datang dengan mengendarai Honda All New City keluaran April 2014. Ternyata beliau juga membawa dua anak perempuannya, namanya ceicil berumur 5 tahun dan kakaknya uni berumur 7 tahun. Dan seperti biasa, saya hanya butuh 5 menit agar dua anak ini mau nempel sama saya, haha
Sebelum mampir ke rumahnya, kami pun diajak ke rumah barunya yang setengah jadi, ya... sekitar 15 menit dari stasiun. Begitu sampek, saya dan mas Imin rada terperangah. Buseeettt..... ini rumah apaan? tingginya aja 4 lantai, brrrr.... Setelah tanya2, ternyata biaya untuk membuat rumah ini sekitar 4.5 Milyar, muke lele. Setelah capek muter2 rumahnya, kami diajak langsung ke rumahnya, sekedar mampir dan ketemu dengan istrinya. Rada tidak percaya begitu ngelihat istrinya, macam masih umur 20-an tahun, dan mirip2 SPG mobil gitu lah. *jangan dibayangkan!
Karena waktu yang semakin mepet, kami langsung diajak makan ke salah satu rumah padang langganannya. Di perjalanan beliau cerita ke saya kalau dulu pernah kuliah di LIA Jakarta mengambil sastra. Tapi semester 6 cabut karena males lagi kuliah dan menjadi sales pupuk. Setelah itu beliau mencoba berbisnis pupuk lima tahun jalan, dan telah menuai suksesnya. Sampai rumah makan padang, saya tambah kaget campur senang, ternyata semua menunya ditaruh di meja makan, dan tinggal comot mana yang mau dimakan, ahhhh.... nikmatnya.... Sesampainya di stasiun Jember, ternyata mas Imin dimintai nomer rekeningnya, haha, rejeki emang gak kemana mas, baru saja beliin saya ini itu langsung diganti dengan yang lebih gede melalui perantara orang lain, :)
Kamipun meninggalkan Jember dengan perut kenyang dan perasaan riang gembira :D.
Setelah perjalanan sekitar 2 jam, pukul 16.00, kami sampai di stasiun Gubeng Surabaya. Disini, kami mendengarkan lantunan piano sembari meregangkan otot2.
Setelah 10-an menit, kami keluar stasiun dan jalan mengikuti feeling. Beberapa menit kemudian, kami menemui simbol kota Surabaya, rejeki emang gak kemana, hehe
Setelah foto2 narsis :D, kami melanjutkan perjalanan lagi. Eh..... ternyata.... di dekat simbol kota Surabaya ini kami menemui sebuah kapal selam yang berada di darat. Usut punya usut, ternyata ini adalah Monumen Kapal Selam, kereeenn.... Kami pun masuk dengan tiket seharga Rp. 8.000, dan tentunya saya tetap dibayarin, hehe
Disana juga bertepatan dengan pemutaran film sejarah Kapal Selam Pasopati dan sejarah TNI AL. wih, mantep deh pokoknya.
Setelah dari Monumen Kapal Selam, kami jalan kaki lagi melewati mall2 Surabaya dan akhirnya naik taxi menuju Stasiun Pasar Turi untuk selanjutnya bertolak menuju Stasiun Jatinegara, Jakarta.
Alhamdulillah... liburan saya kali ini serasa dimudahkan dan diberi banyak pengalaman tak terlupakan. Semoga liburan nanti jauh lebih indah dari ini, lebih banyak uang jajannya mungkin, lebih panjang waktunya mungkin, atauuu..... dengan pendamping perempuan mungkin. :)
Eh.., tadi ada sms masuk, saya diagendakan lagi ke Jawa Timur hari Kamis ini, tanggal 16 Oktober 2014, asyiikkkk......, liburan lagiiii....... :D
Minggu, 16 Februari 2014
NAK, IBU INGIN BICARA SOAL MILIH-MILIH PEREMPUAN…
Rasanya hampir
tidak dapat dipercaya sekarang ibu menulis soal ini kepada dua anak laki laki
yang sangat membanggakan hati. Ibu tidak bisa lebih bersyukur atau meminta
kepada Tuhan memperoleh putra yang lebih baik daripada kalian. Kalian
bertiga adalah anugerah terbesar dan terindah yang Tuhan berikan kepada
ibu. I could never ask for more…
Membesarkan
kalian adalah masa masa terindah dalam hidupku, sekalipun itu harus ditukar
dengan prospek perkembangan karir, ibu bahagia memilih menjadi ibu rumah tangga
dan menyaksikan kalian tumbuh.
Pada akhirnya
ibu harus bicara soal jodoh, mengingat saat ini kalian sudah cukup pusing
dikejar kejar perempuan yang tentu saja mengagumi kualitas yang ada dalam diri
kalian. You were brought up with lots of love and values from your
parents. Never forget that.
Rasanya ibu
tidak harus panjang lebar mengulang kembali bagaimana menjadi laki laki
sejati . Satu kalimat sederhana mampu mengungkapkan petuah panjang soal
itu : Contohilah ayahmu.
Soal perempuan,
ibu dapat memahami rasa heran maupun kebingungan kalian. Wanita memang tidak
mudah dipahami. Sampai detik ini juga ibu kadang sukar memahami diri sendiri.
Itu bagian misteri perempuan yang justru menambah keindahannya. Satu pemahaman
umum sederhana adalah wanita ingin disayangi dan dilindungi.
Soal selera
secara fisik, ibu tidak perlu komen panjang lebar. Masing masing kalian
memiliki selera berbeda, dan itu sah sah saja… Selera itu adalah hak prerogatif
yang tidak bisa diganggu gugat. Yang pasti secara jujur ibu harus mengatakan bahwa inner
beauty adalah hal terpenting, tapi inner beauty tanpa dibungkus
dengan kulit luar yang apik akan menjadi kurang maksimal karena kalian
sebagai laki laki sejati tidak mau merasa malu membawa istri dan mengenalkannya
kepada orang lain, terutama sahabat dan keluarga. Kalian berdua sudah cukup
dewasa untuk mengartikan ini…
Dari dulu ibu
tidak pernah rewel soal berteman. Yang selalu ibu ingatkan adalah harus selalu
baik dan sopan kepada orang lain. Berkawanlah sebanyak mungkin. Jangan memilih
milih teman karena status sosialnya maupun dilihat dari uangnya. Tidak semua
yang kaya itu baik, tidak semua yang miskin juga baik. Uang hanyalah sarana dan
alat membeli sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan. Uang itu perlu,
oleh karenanya aturlah uang dengan baik, dan jangan pernah membiarkan uang
mengatur kalian, apalagi sampai bisa membeli hati nurani.
Entahlah kalau
ibu ibu yang lain… tapi ketika menyangkut soal memilih jodoh, ibu harus minta
maaf lebih dulu. Jujur ibu akan sanget bawel soal ini. Ibu tidak pernah
mungkin bisa benar benar objektif menilai wanita yang akan menjadi istri
kalian, tapi sedapat mungkin ibu janji akan bersikap adil dan fair sebatas
kemampuan ibu. You two know that I am a fair person. Ibu benci
ketidak adilan.
Meskipun
sejujurnya ibu sudah berulang kali mengatakan… rasanya tidak ada wanita yang
cukup pantas mendapatkan kalian. Ini adalah ungkapan kebanggaan
seorang ibu kepada anak laki lakinya. Overdosis ? mungkin memang
kedengaran berlebihan…but I can’t help it. Kelak istri kalian juga akan
merasakan hal yang sama jika kalian memiliki anak laki laki…
Memilih istri
itu mungkin kurang lebih mirip dengan memilih mobil… Ada begitu banyak ragam
jenis mobil dengan spesifikasi yang berbeda. Kenali diri kalian.. ketahui apa
yang menjadi selera kalian. Satu hal prinsip yang paling berbeda antara
istri dan mobil adalah : Istri itu abadi. Tidak bisa ditukar tambah
kapan saja kalian mau. When you get married, you married for life.
Jangan pernah
menikah hanya karena merasa sudah umurnya harus menikah. Menikahlah karena
kalian merasa pasti bahwa dengan dirinya kalian akan saling membahagiakan
selamanya.
Ini yang bisa
ibu katakan mengenai petunjuk umum secara garis besar ketika itu menyangkut
calon istri…
- Look
for the right chemistry. Kalian
akan tahu itu ketika bertemu dengan yang cocok. Kalian akan menyadari bahwa
rasanya masuk akal kenapa selama ini yang lain kurang menarik, dan ada sesuatu
yang rasanya kurang sebelum bertemu dengannya.
Ada pesona
tersendiri yang dibawanya yang memang melekat dalam dirinya tanpa dibuat
buat. Ibu pikir dulu ayahmu jatuh cinta dengan ibu karena diantara teman
teman calon dokternya yang lembut feminin, tiba tiba nongol seorang
wanita yang lain dari yang lain. Yang bisa memanjat pohon dan berantem dengan
sangat baik…. Rupanya pria kalem yang tenang itu tergeletak tak berdaya
dengan seorang gadis blak blakanyang kalau makan tidak pernah malu malu,
dan bisa menyatakan pendapatnya dengan jujur, sekalipun harus berbeda…
Siapa yang bisa menyangka ? Tanya ayahmu soal chemistry… ibu tidak pernah bosan
mendengar cerita klasik bagaimana dia jatuh cinta dengan ibu…
- Nilai
kebaikannya bukan semata dari cara dia memperlakukan kalian, tapi bagaimana dia
memperlakukan orang lain, terutama mereka yang lebih tidak beruntung dari dirinya.
Tentu saja
wanita akan baik kepada pria yang dicintainya. Kebaikan sejati itu
dinilai dari bagaimana dia bersikap dan memperlakukan orang lain. Apakah dia
adil dan jujur ? Apakah dia penuh belas kasih ? Bagaimana dia menghormati
orang tua dan memperlakukan teman temannya ? Dengan siapa dia bergaul ?.
Bagaimana gaya hidupnya ? Apakah dia bisa tersenyum sama lebarnya ketika diajak
makan di restaurant mahal ataupun di warung Tegal yang murah meriah ?.
Perlu waktu
untuk menilai ini semua. Tapi kalau soal jodoh, selalu ibu katakan, jangan
merasa diburu buru. Take your time… give time enough time.
- Pilihlah
wanita yang mampu menertawakan dirinya sendiri. Ini kemampuan hebat yang
sangat perlu. Hidup ini akan
membawa kalian kepada banyak masalah dan lika liku… Tapi tidak ada yang lebih
menyenangkan daripada hidup bersama dengan wanita yang mampu membuat
kalian tertawa.
Pilihlah wanita
yang bisa tertawa ketika kalian mengatakan “kartu ATM-ku tertelan lagi….
Selera humor
yang baik itu bukan menertawakan orang lain, tapi lebih kepada bagaimana dia
bisa menertawakan dirinya sendiri dan melihat sisi lucu dan baik dari segala
sesuatu. Pada akhirnya cinta yang bergelora itu akan stabil… kupu kupu
yang terbang tak tentu arah dalam perut kalian ketika pertama jatuh cinta, akan
hinggap dengan tenang dan menetap, digantikan dengan rasa nyaman yang
menyenangkan…, tapi perekat cinta yang awet adalah tertawa bersama
menjalani kehidupan rumah tangga kalian.
- Menikahlah
dengan wanita yang memiliki prinsip hidup yang baik dan menghormati prinsip
prinsipnya. Dia tidak
harus selalu setuju dengan kalian. Buat apa menikah dengan orang yang selalu
mengatakan ya ? When two person always agree, one is not necessary…
Pilihlah wanita
yang mampu menyikapi perbedaan pendapat, mampu menghargai perbedaan selera dan
berkompromi secara fair…
Menikahlah
dengan wanita yang mampu bicara jujur demi kebaikan.
- Ini yang
terakahir, tapi bukan berarti tidak penting…. Menikahlah dengan wanita
yang menghormati kalian. Ibu akan menjadi orang yang paling naik pitam
jika kalian dikasari. Terutama di depan umum. Never .. ever let a woman
be rude to you.
Ibu bisa
mengatakan ini karena ibu mendidik kalian untuk selalu menghormati dan
menghargai wanita. Cinta tanpa penghargaan bagaikan mobil tanpa
setir, tidak berguna.
Well, you know
your mother.. ini dulu yang bisa ibu katakan. Mudah mudahan tidak ada lagi
yang perlu ibu tambahkan kecuali bahwa I love you and will always
be proud of you , my sons.
For Russell and
Reinhart, with unlimited love from your Mum.)
Ditulis oleh
Ellen Maringka pada kompasiana muda
Minggu, 26 Januari 2014
CeritaJika #8 : Jika Istrimu Seorang Psikolog
Suatu hari jika kamu menemukanku sebagai istrimu, satu hal yang pertama kali ingin aku sampaikan. Satu hal yang aku ingin agar kamu tahu, paham, dan selalu ingat. Bahwa aku, tidak bisa membaca pikiranmu. Aku bisa memahamimu hanya jika kamu menunjukkan kepadaku apa yang harus aku pahami. Kita berdua dahulunya orang yang saling tidak mengenal bukan? Jika suatu hari aku belum paham tentang jalan pikiranmu, perasaanmu, persepsimu terhadap sesuatu, keinginanmu. Tolong bersabar, pemahaman butuh waktu. Jika kau bersabar, aku akan setia belajar.
Suatu hari jika kamu menemukanku sebagai isterimu, satu hal yang aku minta kepadamu. Support, dukungan, motivasi, sudut pandang positif, afeksi. Apapun itu istilahnya. Yang aku inginkan bahwa kamu paham, aku juga manusia biasa yang kadang lemah, kadang murung, bad mood, down, kecewa, putus asa, kadang bisa kesal dan marah. Dan jika itu terjadi, aku ingin kau selalu hadir disisiku. Nyata ataupun maya. Membantu memperbaiki moodku, meluruskan niatku, memotivasi jiwaku, meredakan amarahku, menerangi kebingunganku. Sekecil apapun itu, aku akan sangat berterima kasih.
Jika suatu hari nanti kamu menemukanku sebagai isterimu, jangan pernah mengatakan ‘kamu kan psikolog!, harusnya…”. Aku tahu tentang perkembangan manusia, perkembangan yang berakibat baik dan buruk. Jika perkembangan itu dimulai dari masa dewasa, masa ketika aku kuliah Psikologi. Maka aku yakin aku bisa menjadi manusia yang sempurna untukmu. Tetapi sayang, perkembangan manusia itu dimulai dari sejak kita bayi. Tentu aku mengalami masa-masa buruk, masa-masa yang tidak terlalu mendukung perkembanganku. Masa-masa yang kadang traumatis dan menyedihkan. Masa-masa yang menyisakan unfinish business dan memberi bekas padaku hingga saat ini. Jangan pernah katakan ya?
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai isterimu. Maukah kau mendengarkan konsep-konsep kehidupan berumah tangga yang aku pelajari dan aku pahami? Mendengarkan saja dulu. Tentang komunikasi yang akan kita terapkan, tentang fungsi dan peran masing-masing diri dalam rumah tangga, tentang aturan-aturan yang harus kita jaga dan patuhi. Dan yang paling utama adalah bagaimana kita mengkonsep dalam mendidik anak. Tentu aku punya pertimbangan secara psikologis dalam semua hal itu. Untuk itu aku membutuhkanmu untuk mendengarkan. Karena aku paham, yang menjalani rumah tangga ini bukan aku, tapi kita. Pun ketika kamu memiliki konsep konsep yang lain, aku sangat mau untuk mendengarkannya.
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai isterimu nanti. Tolong jangan terganggu dengan orang-orang yang senang curhat kepadaku. Mereka yang menelpon tengah malam, yang tiba-tiba datang kerumah. Diantara mereka ada yang mungkin klien yang tidak aku kenal. Namun, diantara mereka mungkin juga teman-temanku sendiri. Diantara mereka, ada yang perempuan juga ada laki-laki. Untuk kau tahu, jika dalam dunia psikologi ada kode etik yang tidak boleh mencampurkan urusan pribadi dengan masalah klien, tetapi jika klien itu teman sendiri? Atau teman sendiri yang tidak mendaftar resmi sebagai klien tetapi meminta nasihat sebagai teman yang kebetulan psikolog? Maka tolong bersabar, jangan terganggu. Aku ingin kamu selalu ada disitu, untuk selalu mengingatkanku.
Jika suatu hari kamu menemukanku sebagai isterimu. Bolehkah aku tinggal dirumah saja? Mendirikan biro konsultasi dengan klien yang sangat terbatas sebagai janji profesiku, karena Aku ingin selalu hadir dalam setiap perkembangan anak-anak kita. Aku ingin selalu ikut campur dalam mengajari moral, emosi, sosial dan intelektual. Bolehkah aku menjadi guru utama anak-anak kita? Maksudku, mungkin ini sedikit ekstrim. Bolehkan anak-anak kita sekolah di rumah saja? Bersamaku? Jika nanti anak-anak kita berontak dan ingin bersekolah bersama teman-temannya, bisa kita pertimbangkan bukan untuk menyerahkan seluruh perkembangan anak ke lembaga sekolah, tapi hanya untuk perkembangan sosial saja. Aku tidak terlalu berhasrat memiliki anak brialian. Sorry for that. Aku sangat berhasrat agar anak kita memiliki kematangan emosi dan pertimbangan moral yang baik. Aku sudah mempelajari caranya, itu bisa dilatih. Tentu dengan dukungan dan restumu. Jika nanti anak kita tumbuh brilian, itu adalah bonus dari Allah.
Jika kamu menemukanku sebagai isterimu, ketika kita memiliki anak-anak kecil dan remaja, bolehkan kita tinggal di pinggir kota saja? Tidak masalah tinggal di tempat seperti apa. Kota, bagiku tidak baik untuk perkembangan sosial anak kita.
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai isterimu, aku ingin kita selalu memiliki waktu, untuk saling memeluk dan diam untuk beberapa saat. Agar aku selalu merasakan keberadaanmu, kaupun selalu merasakan keberadaanku. Dan merasakan detak jantung kita menjadi satu.
——————————————————————————————————
Submitted :
Yuar Dwitami
Psikologi - Unversitas Gadjah Mada
sumber: http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/65487666588/ceritajika-8-jika-istrimu-seorang-psikolog
Selasa, 19 November 2013
Tuhan Yang Terpenjara
"Apa salah jika sama-sama
mengenal tuhan walau panggilan berbeda?"
Itulah sepenggal kalimat dari
curhatan pemudi disebuah blognya. Sebuah pertanyaan demi sebuah pernyataan
cinta. Bukan sembarang cinta, Kawan! Temanya lawas tapi membuat kuping panas.
Cinta pasangan berbeda agama. Gugatan yang dilayangkan kepada manusia sekitarnya.
Kadang Tuhan disinggung juga dalam curhatnya. Bukan hal baru memang. Tetapi
nasib menghantarkan si penulis pada gelanggang yang lebih luas. Dari sekedar
tuangan hati menjadi tontonan lautan pasang mata. Gugatannya menyeruak tak
sekedar dunia maya, tetapi menjadi dikemas dalam hiburan. Sekarang gugatan itu
mungkin diamini muda mudi lainnya, hingga semakin membahana. Layak mereka
berterima kasih kepada Hanung bramantyo yang mengangkat kisah curhat ini
menjadi wacana yang mengangkasa. Cinta tapi Beda!
Hakikatnya mereka memuja Cinta.
Cinta adalah tujuan tertinggi. Bukan cinta yang salah, tapi meletakkannya yang
keliru. Agama dipandang sebagai penghalang. Batasan-batasan yang membelenggu.
Perbedaan agama hanyalah bayangan semu. Semua toh menuju Tuhan yang sama.
Disini mulai tercium bau busuk pluralisme agama. Bukan-bukan, mereka bukan
sarjana perbandingan agama, atau kuliah tafsir quran yang dibimbing pakar agama
dari Leiden, Chicago atau Ciputat. Mereka hanyalah muda-mudi yang terseret
gelombang kebebasan. Agama yang harusnya menjadi bendungan malah diruntuhkan.
Mereka bukan pula tak percaya
Tuhan. Apalagi membunuhNya. Tak sampai kesana. Mereka percaya Tuhan itu ada.
Bahkan hati merasa ingin dekat denganNya. Sayangnya, hati tak bergandengan
dengan pikiran. Tuhan bagi mereka hanya perkara spiritualitas belaka. Tuhan
yang membiarkan manusia bebas berkelana dalam kenaifan pikirannya. Tuhan yang
Maha baik itu membiarkan manusia menentukan baik dan buruk sendiri. Tuhan
baginya, tak ikut mencampuri benar dan salah. Bahkan Tuhan pun ikut dalam
gerbong pemuja cinta. Tuhan bagi mereka ada pojok sana. Tak mencampuri
kehidupan manusia. Tuhan yang tak kuasa, hanya terbelenggu oleh dikte-dikte
manusia. Tuhan bukan penetap hukum. malah tuhan yang terhukum. Terkurung
penjara buatan manusia bernama kebebasan.
Mereka tak sudi dianggap tak
beragama. "Enak, saja," cetus mereka. "Saya syahadat, sholat,
puasa kok." Tapi Cinta berbeda agama bukan hal yang prinsip. Semua agama
sama teriak mereka. "Kita hanya memanggil namanya dengan cara yang
berbeda-beda. Untuk apa Tuhan Ciptakan perbedaan jika hanya jadi
penghalang?,"teriak mereka. Suara mereka begitu lantang hingga menutupi
akalnya. Tak terpikir oleh mereka, manusialah yang memilih untuk berbeda.
Memlih jalan (agama) masing-masing. Memisahkan diri dari jalan yang
dikehendakiNya. Semua ujian Tuhan itu malah dianggap sebagai rahmatNya. Maka
ketika Tuhan hanya merdihai hubungan cinta yang berbaris di jalan-Nya, mereka
layangkan gugatan kepada Tuhan. Mereka seret Tuhan kepada sebuah pengadilan
atas nama cinta. Larangan nikah beda agama mereka vonis berbahaya! Kemudian
dijebloskan DIA dalam sebuah penjara bernama kebebasan. Biarkan Tuhan meringkuk
disana! jangan campuri urusan manusia. Kata mereka, Tuhan itu suci, tapi nyatanya,
mereka biarkan FirmanNya sunyi dalam sendiri.
Tuhan dimata mereka lebih mirip
Hantu. Yang tak jelas pesan dan keinginanNya. Mereka lebih suka menerka-nerka
Tuhan. Menafsirkan sendiri-sendiri kehendakNya. Tuhan dan kehendakNya lebih
misteri ketimbang teka-teki. Di isi dan di revisi, sesuai nafsu pribadi. Firman
dan wahyu dianggap lalu. Tak sesuai dengan zaman yang sedang melaju.
Maka tak heran kalau agama
dihujat. Alih-alih menjadi pandangan hidup, agama tak lebih dari sebuah mantel.
Di pakai sesuai cuaca hati. Namun lebih sering digantung dibalik pintu hawa
nafsu. Hukum dan aturan mereka campakkan. Merasa hukum agama tak selamanya.
Syahadat tak lebih sekedar syarat dalam sholat. Timbangan kebenaran tak boleh
lebih berat dari pada cinta. Ketika cinta berbeda agama dikecam , mereka
seringkali mencaci saudara seagama diseberangnya. Jangan kalian bicara atas
nama Tuhan! Tuhan itu pemuja cinta. Tuhan itu berdiri digarda terdepan dalam
kebebasan. Tak sadar mereka pun sedang berbicara atas namaNya.
Tanpa disadari, sekali lagi,
merekalah yang mendikte Tuhan. Menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya. Mungkin
mereka lupa, ketika sholat, mereka bersujud. Kepala (akal) yang mereka
agungkan, dipaksa tersungkur ditanah. Wajah yang mereka banggakan dipaksa mencium
tanah. Semua takluk dihadapan Tuhan. Harusnya hanya Tuhan yang berdaulat Tapi
apa daya, tak ada setitik pun hal tadi di ingatnya. Pikirannya tenggelam dalam
lautan euforia kebebasan dan gelombang sekularisme. Membawa perahu cinta beda
agama sebagai salah satu bahteranya. (beggy riskiyansyah)
Rabu, 06 November 2013
Cinta Itu Seperti Menunggu Bis Saja
Sebuah bis datang, dan kau bilang, "Wah...terlalu sumpek dan panas, nggak bisa duduk nyaman nih! aku tunggu bis berikutnya saja"
Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih dan kok gak cakep begini... nggak mau ah.."
Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi dia seakan-akan tidak melihatmu dan melewatimu begitu saja.
Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang,
"Nggak ada AC nih, gua bisa kepanasan". Maka kamu membiarkan bis keempat pergi..
Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor. Ketika bis kelima datang, kau sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju!
Dan kamu baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama..
Pesan moral yang terkandung dalam cerita diatas, sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan anda pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.
Tidak ada salahnya memiliki persyaratan untuk 'calon' pendamping, tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita. Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri !' dan keluar dengan sopan.
Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kamu harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.
Cerita ini juga berarti, kalau kamu benar-benar menemukan bis yang kosong, kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu. Untuk dia memberi kesempatan kamu masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.
Lantas, bis seperti apa yang kamu tunggu?
Minggu, 14 April 2013
DUA BOCAH SUPER DI JEMBATAN SETIABUDI KUNINGAN
Tanpa disadari terkadang sikap apatis menyertai saat langkah kaki
mengarungi tuk coba taklukkan ibukota negri ini. Semoga kita selalu
diingatkan.
Sekedar berbagi cerita dari forum inspirasi untuk dunia Kaskus dalam keindahan hari ini :
Sekedar berbagi cerita dari forum inspirasi untuk dunia Kaskus dalam keindahan hari ini :
Siang itu February 6, 2008 , tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia
super. Mereka mahluk mahluk kecil , kurus ,kumal berbasuh keringat.
Tepatnya diatas jembatan penyeberangan Setiabudi , dua sosok kecil
berumur kira kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong
plastik hitam.
Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue diujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan "Terima kasih Oom !". Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk kearah mereka.
Kaki - kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan , menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan saya,lagi lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tampat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok disudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta . Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan .
Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita , senyum diwajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggayut langit Jakarta.
"Terima kasih ya mbak .semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah .
" Maaf , nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? " mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.
" Oom boleh tukar uang nggak , receh sepuluh ribuan ?" suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah .
" Nggak punya , tukas saya !" lalu tak lama siwanita berkata " ambil saja kembaliannya , dik !" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya kearah ujung sebelah timur.
Anak ini terkesiap , ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti , lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget , setengah berteriak ia bilang "sudah buat kamu saja , nggak apa..apa ambil saja !", namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. " maaf mbak , Cuma ada empat ribu , nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !" Akhirnya uang itu diterima siwanita karena si kecil pergi meninggalkannya.
Tinggallah episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya . mereka menghampiri saya dan berujar " Om, bisa tunggu ya , saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !".
" eeh .nggak usah ..nggak usah ..biar aja ..nih !" saya kasih uang itu ke sikecil, ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.
Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya ,"Nanti dulu Om , biar ditukar dulu ..sebentar "
" Nggak apa apa , itu buat kalian " Lanjut saya
" jangan ..jangan Om , itu uang om sama mbak yang tadi juga " anak itu bersikeras
" Sudah ..saya Ikhlas , mbak tadi juga pasti ikhlas ! saya berusaha mem-bargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari keujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat , secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya.
" Ini deh om , kalau kelamaan , maaf .." ia memberi saya delapan pack tissue
" Buat apa ?" saya terbengong
" Habis teman saya lama sih Om , maaf , tukar pakai tissue aja dulu " walau dikembalikan ia tetap menolak .
Saya tatap wajahnya , perasaan bersalah muncul pada rona mukanya . Saya kalah set , ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya . Beberapa saat saya mematung di sana , sampai sikecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu , dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.
"Terima kasih Om , !"..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan " Duit mbak tadi gimana ..? " suara kecil yang lain menyahut " Lu hafal kan orangnya , kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin..." percakapan itu sayup sayup menghilang , saya terhenyak dan kembali kekantor dengan seribu perasaan.
Tuhan ..Hari ini saya belajar dari dua manusia super , kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya terenyuh , mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang Tissue.
Dua anak kecil yang bahkan belum baligh , memiliki kemuliaan diumur mereka yang begitu belia.
Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue diujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan "Terima kasih Oom !". Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk kearah mereka.
Kaki - kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan , menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan saya,lagi lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tampat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok disudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta . Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan .
Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita , senyum diwajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggayut langit Jakarta.
"Terima kasih ya mbak .semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah .
" Maaf , nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? " mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.
" Oom boleh tukar uang nggak , receh sepuluh ribuan ?" suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah .
" Nggak punya , tukas saya !" lalu tak lama siwanita berkata " ambil saja kembaliannya , dik !" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya kearah ujung sebelah timur.
Anak ini terkesiap , ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti , lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget , setengah berteriak ia bilang "sudah buat kamu saja , nggak apa..apa ambil saja !", namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. " maaf mbak , Cuma ada empat ribu , nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !" Akhirnya uang itu diterima siwanita karena si kecil pergi meninggalkannya.
Tinggallah episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya . mereka menghampiri saya dan berujar " Om, bisa tunggu ya , saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !".
" eeh .nggak usah ..nggak usah ..biar aja ..nih !" saya kasih uang itu ke sikecil, ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.
Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya ,"Nanti dulu Om , biar ditukar dulu ..sebentar "
" Nggak apa apa , itu buat kalian " Lanjut saya
" jangan ..jangan Om , itu uang om sama mbak yang tadi juga " anak itu bersikeras
" Sudah ..saya Ikhlas , mbak tadi juga pasti ikhlas ! saya berusaha mem-bargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari keujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat , secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya.
" Ini deh om , kalau kelamaan , maaf .." ia memberi saya delapan pack tissue
" Buat apa ?" saya terbengong
" Habis teman saya lama sih Om , maaf , tukar pakai tissue aja dulu " walau dikembalikan ia tetap menolak .
Saya tatap wajahnya , perasaan bersalah muncul pada rona mukanya . Saya kalah set , ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya . Beberapa saat saya mematung di sana , sampai sikecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu , dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.
"Terima kasih Om , !"..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan " Duit mbak tadi gimana ..? " suara kecil yang lain menyahut " Lu hafal kan orangnya , kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin..." percakapan itu sayup sayup menghilang , saya terhenyak dan kembali kekantor dengan seribu perasaan.
Tuhan ..Hari ini saya belajar dari dua manusia super , kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya terenyuh , mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang Tissue.
Dua anak kecil yang bahkan belum baligh , memiliki kemuliaan diumur mereka yang begitu belia.
YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO
Engkau hanya semulia yang kau kerjakan.
Saya membandingkan keserakahan kita , yang tak pernah ingin rizki kita berkurang sedikitpun.
"Usia memang tidak menjamin kita menjadi bijaksana , kitalah yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak"
Saya membandingkan keserakahan kita , yang tak pernah ingin rizki kita berkurang sedikitpun.
"Usia memang tidak menjamin kita menjadi bijaksana , kitalah yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak"
Minggu, 03 Maret 2013
KISAH SUAMI ISTRI ''SETIA HINGGA AKHIR HAYAT''
Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang
sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang
telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan.
Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka.
Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.
Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi.
Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri
“Kenapa Bu?”
Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”.
“Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati.
Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya.Ja rang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.
Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.
“Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.
Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang, kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.
Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….
Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.
Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam
Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka.
Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.
Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi.
Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri
“Kenapa Bu?”
Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”.
“Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati.
Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya.Ja rang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.
Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.
“Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.
Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang, kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.
Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….
Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.
Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam
“Terimakasih ya, Bu ”.
“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapa, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.
“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.
Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapa kok bicara begitu?
Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.
Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”
Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,
Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.
Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.
Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia.
Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir.
Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.
“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada.
Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat kemesjid.
Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal.
Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,
Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.
Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.
Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya.
Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.
“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir,Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”
Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."
Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya….
Subhanallah..
“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapa, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.
“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.
Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapa kok bicara begitu?
Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.
Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.”
Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,
Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.
Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.
Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia.
Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir.
Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.
“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada.
Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat kemesjid.
Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal.
Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,
Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.
Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.
Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya.
Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.
“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir,Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”
Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."
Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya….
Subhanallah..
Langganan:
Postingan (Atom)